Sabtu, 31 Desember 2016

APA ITU PENDIDIKAN?


Secara umum pengertian pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi paham dan sebagainya. Pendidikan itu bisa didapatkan dan dilakukan dimana saja, bisa di lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga, dan yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana memberikan atau mendapat pendidikan dengan baik dan benar, agar manusia tidak terjerumus dalam kehidupan yang negatif. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup negara, karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Sebelum kita tinjau lebih lanjut apa yang dimaksud dengan pendidikan, ada dua istilah yang hamper sama bentuknya, yaitu paedagogie dan paedagogik. Paedagogie artinya pendidikan sedangkan paedagogik berarti ilmu pendidikan.
Padagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”. Paedagogos ialah seorang pelayan atau pejuang pada zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Juga dirumahnya, anak-anak tersebut selalu dalam pengawasan dan penjagaan dari para paedagogos itu. Jadi, nyatalah bahwa pendidikan anak-anak Yunani kuno sebagian besar diserahkan kepada paedagogos itu.
Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing atau memimpin). Perkataan paedagogos yang mulanya berarti “rendah” (pelayan, pejuang), sekarang dipakai untuk pekerjaan yang mulia. Paedagoog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri.
Menurut Carter V Good dalam Dictionary of Education yang dikutip oleh Noor Syam (1980) dijelaskan sebagai berikut.
1.    Pedagogy
a.    The art, practice, or profession of teaching
b.    The systemimatized learning or intructointion concercing principles and methods of teachingand student control and guidance; largely replaced by the term education (7 : 387)
Menurut Carter, education berarti.
a.    Proses perkembangan pribadi
b.    Proses sosial
c.    Professional cources
d.   Seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun yang diwarisi atau dikembangkan masa lampau oleh setiap generasi bangsa.
Dalam kajian ilmu pendidikan terlebih dahulu perlu diketahui 2 istilah yang hampir sama bentuknya dan sering digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu: pedagogi dan pedagogik. Pedagogi berarti “pendidikan” pedagogik artinya “ Ilmu pendidikan”.
Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Istilah ini berasal dari kata “pedagogia” (Yunani) yang berarti pergaulan dengan anak-anak.
Menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya.
1.      Pendidikan dalam Pengertian Maha Luas, Sempit dan Luas Terbatas
a.      Definisi Maha Luas
1.)    Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi yang mempengaruhi pertumbuhan individu.
2.)    Karakteristik khusus
-          Masa pendidikan. Pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan.
-          Lingkungan pendidikan. pendidikan berlangsung dalam segala lingkungan hidup, baik yang khusus dicipakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya.
-          Bentuk kegiatan. Terentang dari bentuk – bentuk yang misterius atau tak disengaja sampai dengan terprogram. Pendidikan berbentuk segala macam pengalaman belajar dalam hidup. Pendidikan berlangsung dalam beraneka ragam bentuk, pola, dan lembaga. Pendidikan dapat terjadi sembarang, kapan dan dimana pun dalam hidup. Pendidikan lebih berorientasi pada peserta didik.
-          Tujuan. Tujuan pendidikan terkandung dalam seiap pengalaman belajar, tidak ditentukan dari luar. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan. Tujuan pendidiakn adalah tidak terbatas. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup.
3.)    Pendukung, Kaum Humanis Romantik.
-          Kaum Humanis Romantik (seperti : John Holt, William Glasser, Jonathan Kozol, Charles E. Silberman, Herbert Kohl, Neil Roger, Ivan Illich, dan sebagainya), dan kaum Pragmatik (seperti : John Dewey, Willian Heard Kilpatrick, dan sebagainya) cendenrung mendefinisikan pendidikan dalam arti maha luas, dan mengecam praktek pendidikan disekolah yang diselenggarakan dalam zamannya. Pada umumnya mereka mengecam praktek pendidikan di sekolah, karena di sekolah berlangsung dehumanisasi, yaitu proses pengikisan martabat kemanusiaan. Sekolah terasing dari kehidupan nyata. Pola hubungan guru dengan murid adalah otoriter, sehingga kurang berlangsung perkembangan individu secara optimal.
-          Kecaman yang radikal datang dari Ivan Illich,  yang dituangkan dalam Deschooling Society (masyarakat tanpa sekolah). Ivan Illich mempunyai gagasan yang terangan – angan mengutuk pendidikan yang dilembagakan  dalam bentuk sekolah. Dalam kecamannya itu, Ivan Illich yakin bahwa sekolah – sekolah dengan sendirinya menjadi tidak memadai, dan hanya mendorong kepada mengasingkan siswa dari hidup. Selanjutnya dia yakin bahwa tujuan peniadaaan sekolah dalam masyaakat akan menjamin siswa dapat memperoleh kebebasan dalam belajar tanpa harus memperjuangkan untuk memperolehnya dari masyarakat. Setiap orang harus diajamin kepribadiannya dalam belajar, dengan harapan dia akan menerima kewajiban membantu orang lain untuk tumbuh sesuai dengan kepribadiannya. Ivan Illich berpendapat bahwa suatu sistem pendidikan yang baik harus mempunyai tiga tujuan, yaitu: (1) Memberi kesempatan kepada semua orang untuk bebas dan mudah memperoleh sumber belajar pada setiap saat; (2) Memungkinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada orang lain dapat dengan mudah melakukannya, demikian pula bagi yang ingin mendapatkannya; dan (3) Menjamin tersedianya masukan umum yang berkenaan dengan pendidikan. Akhirnya dia yakin, dan tidak lebih dari empat-mungkin bahkan tiga-jalur belajar yang berbeda, yang berisi sumber yang diperlukan untuk belajar yang sebenarnya. Anak tumbuh dalam sebuah dunia benda, dikelilingi oleh orang – orang yang tampil sebagai contoh - contoh keterampilan, dan nilai – nilai. Anak menghadapi kawan – kawan yang menantangnya untuk bernalar, bersaing, bekerja sama, dan memperoleh pengertian; dan apabila anak beruntung, dia tampil untuk diperhadapkan dengan anak yang lebih tua yang berpengalaman, yang mampu membimbing. Benda – benda, contoh – contoh, kawan – kawan sebaya, dan orang – oang yang lebih tua adalah empat macam sumber belajar, yang masing – masing memerlukan cara pengelolaan yang bereda – beda agar dapat menjamin bahwa setiap orang mempunyai keleluasaan memanfaatkannya. Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan pengajaran berdasarkan suatu kurikulum wajib, yang harus disajikan guru agar anak usia tertentu menguasainya, tidak diperlukan karena akan mematikan kebebasan anak yang sangat ketat dalam waktu, tempat, bentuk kegiatan, dan tujuan belajar bukan merupakan pendidikan yang baik, karena mengekang kebebasan.
b.      Definisi Sempit
1.)      Pendidkan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan  di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pegaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan – hubungan dan tugas – tugas sosial mereka.
2.)      Karakteristik khusus
-          Masa pendidikan. Pendidikan berlangsng dalam waktu terbatas, yaitu masa anak dan remaja.
-          Lingkungan pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam lingkungan pendidikan yang diciptakan khusus untuk meyelenggarakan pendidikan. Secara teknis pendidikan berlangsung di kelas.
-          Bentuk kegiatan. Isi pendidikan tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum. Kegiatan pendidikan lebih berorientasi pada kegiatan guru sehingga guru mempunyai peranan yang sentral dan menentukan. Kegiatan pendidikan terjadwal, tertentu waktu dan tempatnya.
-          Tujuan. Tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar. Tujuan pendidikan terbatas pada pengembangan kemampuan – kemampuan tertentu. Tujuan pendidikan adalah mempersiapkan hidup.
3.)      Pendukung, Kaum Behavioris.
-          Kaum Behavioris (misalnya : B. Watson, B.F. Skinner, Lester frank Ward, dan sebagainya) cenderung mendefinisikan pendidikan dalam arti sempit. Sekurang – kurangnya mereka mempunyai pandangan yang optimis terhadap peranan sekolah dalam menyelenggrakan pendidikan, dan pesimis atau meragukan peranan pendidikan dalam bentuk – bentuk pengalaman belajar dalam hidup yang tidak dilembagakan. Mereka mempunyai keyakinan yang sangat kuat tentang masa depan sekolah sebagai hal-ikhwal yang berkenaan dengan rekayasa pengubahan tingkah laku. Sekolah hendaknya dirancang seperti halnya dengan para insinyur yang bekerja merancang sebuah mesin yang canggih. Sekolah sebagai lembaga berlangsungnya proses rekayasa perubahan tingkah laku harus didasarkan pada kurikulum yang dirancang secara ilmiah dan bentuk – bentuk kegiatannya harus diorganisasikan dengan penuh perhatian dan dilaksanakan dengan penuh disiplin. Selanjutnya ada tiga prinsip utama yang mendasari sekolah dalam menyerenggarakan proses rekayasa pengubahan tingkah laku. Ketiga prinsip tersebut yaitu : (1) Pembentukan pola tingkah laku seseorang sangat kuat dipengaruhi oleh  lingkungan; (2) Pendidikan disekolah merupakan rekayasa perubahan pola tingkah laku yang terprogram secara cermat; (3) Masa depan sekolah sebagi lembaga perekayasaan pola tingkah laku yang terprogram adalah cerah karena mempunyai peranan yang besar dalam mencapai kemajuan. Sering pula dikemukakan bahwa sekolah adalah agen dari instrumen vital dalam pembangunan untuk mencapai kemajuan. Optimisme kaum Behavioris tentang sekolah antara lain dikemukakan oleh John B. Watson, seorang pelatak dasar ajaran Behaviorisme modern, sebagi berikut : “Berilah saya selusin anak yang sehat, kondisi badannya baik, dan dunia diri pribadiku yang terarah kepada upaya mendidik mereka dan saya akan jamin untuk memilih anak yang mana pun dan melatihnya menjadi seorang spesialis apa pun yang saya akan pilih, apakah dokter, ahli hukum, seniman, saudagar, dan bahkan menjadi pengemis dan pencuri, tak perduli bakatnya, minatnya, kecenderungannya, kemampuannya, pekerjaanya dan keturunan rasnya” (dalam Behaviorism, hlm: 82, yang dikutip dari buku Edward J. Powell, 1982: 205). Pernyatan ini mengandung makna bahwa pengaruh lingkungan dalam bentuk latihan atau ajaran terhadap pembentukan kemampuan – kemampuan seseorang sangat menentukan, dan dengan demikian mengajarkan paham determinisme lingkungan. B.F.Skinner, salah seorang pakar Behaviorisme terkemuka, meletakkan dasar pada determinisme lingkungan dalam teori pendidikan. Skinner dalam Beyond Freedom and Dignity antara lain menyatakan : “Pengaruh – pengaruh lingkungan membentuk kita seperti apa yang ada sekarang ini.” Dia juga menyatakan bahwa kita dikontrol oleh lingkungan kita, dan sebagian besar lingkungan membentuk kita seperti apa yang dapat kita mencapai sekarang ini. Meskipun demikian, kita selalu dapat mempengaruhi kita. Kita sekaligus dikontrol dan pengontrol. Pada akhirnyal tersebut, dan perilaku kita aktif mengikutinya. Hal ini meng kita mencapai keadaan yang lebih baik apabila kita memahami hal tersebut, dan perilaku kita aktif mengikutinya. Hal ini mengandung arti perlunya teknologi pengubahan tingkah laku manusia. Oleh karena itu penggunaaan prinsip-prinsip rekayasa tingkah laku dalam pendidikan harus diupayakan secara ilmiah, seperti yang dilakukan dalam rekayasa sebuah mesin yang canggih. Dengan demikian, pengajaran di sekolah haruslah dikelola secara terprogram berdasarkan prinsip-prinsip dan prosedur ilmiah. Sehubungan dengan hal itu, guru mempunyai peranan yang menentukan di dalam mengarahkan proses belajar, tetapi berperan pula di dalam merancang dan mengontrol proses belajar. Apabila guru dapat melaksanankannya secara efisien dan efektif di dalam merekayasa pengajaran di sekolah, maka dengan sendirinya akan berlangsung proses belajar yang efisien dan efektif sehingga pada akhirnya terwujudlah pola tingkah laku yang diharapkan. Apabila sekolah mampu berfungsi sebagai lembaga rekayasa, pengubahan pola tingkah laku yang ampuh, maka sekolah mempunyai kedudukan dan peranan yang menentukan di dalam memacu kemajuan masyarakat modern. Dengan demikian, masa depan keberadaan sekolah dalam masyarakat modern menjadi kuat karena akan mampu mempersiapkan tenaga-tenaga yang diperlukan dalam mempertahankan dan mengembangkan masyarakat modern.
-          Optimisme kaum Behaviorisme terhadap keberadaan dan peranan sekolah dalam masyarakat modern tidak terlepas dari optimisme yang kuat terhadap ilmu dan teknologi di dalam membangun masyarakat modern. Mereka adalah penganut paham scientisme yang mempunyai kepercayaan kuat terhadap keampuhan ilmu dan teknologi bagi pembangunan kehidupan manusia yang lebih baik. Ilmu dan teknologi sebagai lingkungan yang diciptakan dan dikontrol oleh manusia merupakan kekuatan dalam masyarakat yang mempunyai pengaruh besar dalam membangun dunia modern. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kaitan yang erat dengan ilmu dan teknologi, baik dalam struktur maupun misinya. Sekolah merupakan lingkungan buatan manusia yang diciptakan dan dikontrol dalam bentuk rekayasa pengubahan pola tingkah laku berdasarkan prinsip-prinsip kerja ilmiah dan teknologi, dengan misi melaksanakan dan mengembangkan semangat dan konsep-konsep ilmu dan teknologi dalam diri individu sehingga menghasilkan tenaga-tenaga berkompetensi atau berkemampuan kerja produktif. Dengan demikian sekolah sebagai lingkungan buatan manusia yang diperlukan di dalam membangun masyarakat, menuju kehidupan yang lebih baik. Optimisme terhadap peranan sekolah dalam pendidikan menyatakan pula oleh Lester Frank Ward, yang antara lain menyatakan : “Setiap anak dilahirkan di dunia, hendaknya dipandang oleh masyarakat ibarat bahan mentah yang harus diolah dalam pabrik. Alam tidak dapat diandalkan untuk mengembangkan kemampuan individu. Pengembangan kemampuan individu harus direncanakan dan sebagian besar rencana tersebut harus dilaksanakan dengan suatu sekolah yang baik.”
c.       Definisi Alternatif atau Luas Terbatas
1.)    Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non-formal, dan informal di sekolah dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.
2.)    Karakteristik khusus
-          Masa pendidikan. Pendidikan berlangsung seumur hidup, yang kegiatan-kegiatannya tidak berlangsung sembarang, tetapi pada saat-saat tertentu.
-          Lingkungan pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam sebagian dari lingkungan hidup. Pendidikan tidak berlangsung dalam lingkungan hidup yang tergelar dengan sendirinya. Lingkungan alam sekitar yang alami tidak merupakan lingkungan pendidikan. Pendidikan hanya berlangsung dalam lingkungan hidup kultural.
-          Bentuk kegiatan. Pendidikan dapat berbentuk pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan non-formal. Kegiatan pendidikan dapat berbentuk bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan. Pendidikan selalu merupakan usaha sadar yang tercakup di dalamnya usaha pengelolaan pendidikan, baik dalam bentuk pengelolaan pendidikan nasional maupun satuan pendidikan, serta usaha melaksanakan kegiatan pendidikan. Pendidikan berorientasi kepada komunikasi pendidik-peserta didik.kegiatan pendidikan berbentuk kegiatan belajar mengajar.
3.)    Tujuan. Pendidikan nerupakan perpaduan tujuan- tujuan Pendidikan yang bersifat pengembangan kemempuan- kemempuanpribadi secara pribadi secara optimal dengan tujuan- tujuan social yang bersifat manusia seutuhnya yang dapat memainkan peranan sebagai warga dalam berbagai lingkungan persekutuan hidup dan kelompok social. Tujuan pendidikan mencangkup tujuan- tujuan setiap jenis kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran, dan latihan), dam tujuan- tujuan satuan pendidikan sekolah dan luar sekolah, dan tujuan- tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan adalah sebagian dari tujuan hidup, yang bersifat menunjang terhadap pencapaian tujuan- tujuan hidup.
4.)    Pendukung, Kaum Humanis Realistik dan Realisme Kritis.
-          Kaum Humanis Realistik (misalnya:  Edgar Faure Felipe Herrera, Federick Champion Ward, dan sebagainya) dn juga kaum Realisme Kritis (stella van petten Henderson, Immanuel Kant, Pestalozzi, dan sebagainya) cenderung menjawab pertanyaan apakah pedidikan dalam bentuk definisi alternative. Mereka cenderung mengambil jaln tengah dari tarik-menarik dari definisi pendidikan yang maha luas dengan yang sempit. Edgar Faure sebagai ketua sebuah Komisi Internasional untuk pengembangan pendidikan dari Unesco merumuskan makna pendidikan dalam kerangka gagasan pendidikan seumur hidup (Lifelong education), dan mlasyarakat yang terus belajar. Dengan mempergunakan pendekatan dialektis. Edgar Faure merumuskan makna pendidikan sebagai usaha memaksimalkan peranan pengajaran di sekolah dan pendidikan di luar sekolah. Pendidikan adalah menjadikan pengajaran di sekolah makin bersifat kegiatan belajar, dan pendidikan di luar sekolah makin terprogram dan produktif, untuk menuju tercapainya manusia seutuhnya dengan segala kekayaan kepribadiannya, cara-cara mengutarakan yang kompleks dan dalam segala kewajibannya sebagai perorangan, anggota keluarga dan anggota masyarakat, sebagai penduduk dan penghasil atau penemu teknik-teknik dan pemimpin yang kreatif, serta masyarakat yang terus belajar, yaitu masyarakat yang anggotanya tidak lagi asik mencari pengetahuan sekali saja untuk selama-lamanya sepanjang hidupnya, tetapi harus belajar membangun suatu sosok pengetahuan untuk seumur hidup yang senantiasa berkembang yaitu “belajar untuk hidup”. Gambaran tentang pemanduan dan maksimalisasi peranan pendidikan sekolah dan luar sekolah dalam menuju tercapainya manusia seutuhnya dan masyarakat yang terus belajar antara lain dapat kita ikuti kutipan dari laporan komisi Internasional untuk pengembangan pendidikan, sebagai berikut:
“Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi, arus informasi yang membanjiri manusia, adanya jaringan- jaringan media komunikasi ukuran raksasa, bersama-sama dengan banyak factor ekonomi dan social lainnya, telah banyak mengubah system pendidikan tradisional, mengemukakan kelemahan-kelemahan bentuk pengajaran tertentu dan kekuatan-kekuatan system lainnya, memperluas ruang lingkup kegiatan belajar sendiri dan mempertinggi nilai sikap aktif dan sadar dalam mencari ilmu. Prestise pengajaran yang berdasarkan refleksi terus meningkat. Masalah-masalh yang timbul dalam pendidikan dan pengajaran murid dari  segala umur, termasuk orang dewasa, memaksa kita menggunakan sejumlah besar bentuk pengajaran murid dari segala umur, sejumlah besar bentuk pengajaran luar sekolah. Pendidikan luar sekolah mencakup pilihan kemungkinan yang luas, yang seyogianya digunakan secara produktif oleh semua Negara. Meremehkannya adalah pandangan atau sikap masa lalu, dan pendidik yang progresif tidak boleh bersikap demikian. Namun sekolah-sekolah, yaitu gedung-gedung yang didirikan untuk memberikan pendidikan secara sistematis kepada generasi sedang tumbuh, sekarang dan juga dimasa yang akan datang, tetap merupakan faktor yang menentukan dalam melatih seseorang ikut menyumbang pembangunan masyarakat dan ikut serta aktif dalam kehidupan, melatih orang-orang yang betul-betul siap untuk bekerja. Terutama dalam masyarakat modern diperlukan pengetahuan yang sistematis, kecakapan dan keterampilan untuk mengolah sejumlah besar informasi yang diterimanya melalui saluran yang lebih besar jumlahnya dan makin banyak macamnya. Pengetahuan ilmiah, dan ide-ide yang dianggap sebagai sari apa yang umum dan asasi dalam benda dan fenomena dan terutama pula system pengetahuan serta metode yang memungkinkan individu membentuk interpretasi mereka sendiri tentang arus informasi yang dahsyat ini dan mengasimilasikannya secara positif, hamper selalu memerlukan pendidikan yang teratur, yang di berikan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang dipolakan dengan baik. “(Edgar Faure, 1980:Xiii)
-          Pendekatan dialektis dalam merumuskan makna pendidikan dapat pula kita temukan dalam Introduction to Philosophy of Education dari Stella van Petten Henderson. Dalam bukunya tersebut, Henderson mencoba memadukan pengertian pendidikan sebagai pengembangan potensi-potensi yang terdapat dalam diri seseorang, dan pendidikan sebagai warisan social dari generasitua kepada generasi muda. Dalam semangat dialektis, Henderson mendefinisikan pendidikan sebagai berikut: “…pendidikan sebagai suatu proses pertumbuhan dan perkembangan berarti sebagai suatu hasil interaksi seseorang individu dengan lingkungannya baik fisik maupun social, mulai dari lahir saampai akhir hayatnya sebagai suatu prosesdi mana pewarisan sosisl merupan sebagian dari lingkungan social menjadi suatu alat yang dipergunakan untuk perkembangan dari pribadi- pribadi sebaik dan sebanyak mungkin, laki-laki dan wanita yang hendak meningkatkan kesejahteraan manusia, …” (Henderson,1959:44). Selanjutnya ditemukan: “…untuk membingbing pertumbuhan laki-laki dan anak perempuan mencapai perkembangan manusia sempurna yang diperlukan untuk kemajuan social, mereka harus mengalami pelatihan bertujuan untuk membentuk kebiasaan. …”pengajaran bertujuan membantu murid memperoleh pengetahuan dan dengan demikian mengembangkan inteligensinya. Warisan social harus disalurkan melalui satu cara sedemikian rupa sehingga mendorong pertumbuhan inteligensi. Tetapi pembentukan kebiasaan dan pengajaran saja masih belum cukup. Kecendrungan- kecendrungan menggunakan inteligensi dan kemampuan untuk mewujudkan kesejahteraan social harus dikembangkan. Oleh karna itu inspirasi harus merupakan bagian dari pendidikan. Emosi- emosi kita adalah dasar tingkahlaku kita, dan pengembangannya yang memadai adalah salah satu bagian yang penting dalam pendidikan. Anak-anak harus tumbuh menjadi orang-orang dewasa yang menghendaki kesejahteraan orang lain disamping kesejahteraan sendiri, jika kemajuan social melalui usaha-usaha bersama harus menjadi suatu kenyataan. “(Henderson,1959:46-47)                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          
2.      Definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :
a.      Drirarkarya mengatakan bahwa: Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda (Ditjen Dikti, 1983/1984: 19).
b.      Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana dia hidup, proses sosial dimana orang di hadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (Ditjen Dikti, 1983/1984 : 19).
c.       Crow and Crow menyebutkan pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan  adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi (Suprapto, 1975).
d.      Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun 1930 menyebutkan : Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak boleh di pisah-pisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.
e.       Menurut MJ Lengveld : pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan. Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya, agar bisa mandiri, akhil balik, dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung jawab.
f.       Menurut John Dewey : pendidik tidak lain adalah hidup itu sendiri. Dan hidup ini bukan hanya perkara hidup personal tetapi secara luas menyangkut kehidupan masyarakat itu juga, karena itu pendidikan adalah sebuah keniscayaan dan berlangsung secara alami, berfungsi sosial lantaran berlangsung dalam masyarakat itu sendiri, memiliki nilai dan makna membimbing lantaran kebiasaan hidup generasi lama yang berbeda dengan generasi baru serta menjadi tanda perkembangan peradaban suatu msyarakat. Pendidikan tidak lain adalah usaha menjaga keberlangsungan masyarakat itu sendiri.
g.      Menurut Cyrns : mendidik adalah pertolongan yang diberikan oleh siapa saja yang bertanggung jawab atas pertumbuhan anak untuk membawanya ke tingkat dewasa.
Di dalam GBHN tahun 1973 disebutkan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung hidup.
Dari uraian di atas, maka pendidikan dapat diartikan sebagai :
1.      Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan;
2.      Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya;
3.      Suatu usaha sadar  untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat;
4.      Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan. Anak sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaannya. Yang dimaksud dengan dewasa adalah dapat bertanggung jawab terhadap sendiri baik secara biologis, psikologis, pedagogis, dan sosiologis.
Dari seluruh uraian tetang pengertian pendidikan di atas dapat kita kemukakan bahwa :
1.      Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).
2.      Pendidikan juga berarti lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi kelurga, sekolah dan masyarakat).
3.      Pendidikan berarti pula hasil atau prestasi yang di capai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya.
Dasar Pendidikan di Indonesia
Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang diterapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah dasar neara, kepribadian, tujuan dan pandangan hidup bangsa Indonesia:
Sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan pedoman yang menunjukkan arah, cita-cita dan tujuan bangsa. Demikian pula halnya dengan pendidikan yang dilksanakan di Indonesia. Pancasila menjadi dasar sistem nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, segai termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila sehingga pedidikan nasional Indonesia adalah pendidikan Pancasila.
Karena itu, Pancasila harus menjadi semua dasar kegiatan pendidikan di Indonesia. Selain berdasarkan Pancasila, pendidikan nasional juga bercitacita untuk membentuk manusia Pancasialis, yaitu manusia indonesia yang menghayati dan mengamalkan Pancasila daam sikap perbuatan dan tingkah lakunya, baik dalam kehidupa bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
          Melalu sistem pendidikan nasioal diharapkan setiap rakyat indonesia mempertahankan hidupnya, mengembangkan dirinya dan secara bersama-sama membangun masyarakatnya.
   Pendidikan di Indonesia memiliki landasam ideal adalah Pancasila, landasan konstitusional ialah UUD 1945, dan landasan oprasional ialah Ketetapan MPR tentang GBHN
Adapun yang dimaksud dengan dasar di sini adalah sesuatu yang menjadi kekuatan bagi tetap tegaknya suatu bangunan atau lainnya, seperti pada rumah atau gedung, maka pondasilah yang menjadi dasarnya.Begitu pula halnya dengan pendidikan, dasar yang dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang mempunyai peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah dirumuskan antara lain sebagai berikut:
a.       Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950,  Nomor 2 tahun 1945, Bab III Pasal 4 Yang Berbunyi: Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar RI dan kebudayaan bangsa Indonesia.
b.        Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang berbunyi: Dasar pendidikan adalah falsafah negara Pancasila.
c.       Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN 1988 Bab IV bagian pendidikan berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila.
d.      Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian Pendidikan yang berbunyi: Pendidikan Nasional (yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
e.       Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
f.       Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003
1.    Pokok-Pokok Isi Pendidikan di Indonesia.
a.       Nilai pancasila, hendaknya dijabarkan dan menjiwai isi pendidikan dalam arti menjadi program dari berbagai jenis dan tingkat pendidikan.
b.      Keseluruhan isi pendidikan harus ditransformasikan secara simultan kepada anak didik demi terbentuknya pribadi- pribadi pancasila.
2.    Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Pendidikan
a.       Kegunaannya bagi bangsa Indonesia dan umat manusia.
Pada dasarnya, pendidikan sangat penting untuk dilakukan. Manfaat pendidikan dapat memberikan banyak kegunaan.
1)      Memberikan informasi dan pemahaman
Manfaat pendidikan pertama adalah untuk meningkatkan serta pemahaman terhadap ilmu pengetahuan secara menyeluruh kepada setiap anggota didik. Hal ini merupakan salah satu hal yang paling penting dan merupakan tujuan serta manfaat utama dari pendidikan. Dengan adanya pendidikan, maka setiap peserta didik akan dibantu dalam memahami dan mengenal berbagai macam ilmu pengetahuan yang terus berkembang.
2)      Menciptakan generasi penerus bangsa
Manfaat pendidikan yang kedua adalah mampu untuk –menciptakan generasi penerus bangsa yang expert atau ahli dalam berbagai bidang. Hal ini berhubungan dengan tersedianya berbagai macam jenjang pendidikan dan juga penjurusan yang ada, sehingga dapat membantu melahirkan banyak sekali generasi muda ynag berguna bagi banyak orang sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari.
3)      Memperdalam suatu ilmu pengetahuan
Selain dapat membantu menciptakan generasi bangsa yang baik dan cerdas, pendidikan juga dapat bermanfaat bagi seseorang yang sedang ingin memperdalam suatu disiplin ilmu tertentu. Biasanya manfaat ini akan sangat terasa bagi mereka yang mengabdikan dirinya menjadi peneliti dari suatu disiplin ilmu, dan bertekad mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut.
4)      Gelar pendidikan untuk karir
Pentingnya untuk mendapatkan gelar yang nantinya berguna untuk keperluan karir di masa yang akan datang. Meskipun gelar bukanlah segalanya, namun demikian untuk mendapatkan jenjang karir yang memuaskan, gelar dari bidang atau disiplin ilmu tertentu sangatlah penting. Gelar akan menunjukkan keahlian seseorang terutama dalam bidang pekerjaan dan juga pengembangan karir individu.
5)      Membentuk pola pikir yang ilmiah
Pola pikir antara mereka yang menempuh pendidikan dan yang tidak pernah menempuh jenjang pendidikan pastilah akan berbeda. Dunia pendidikan memungkinkan seseorang memiliki jalan dan pola pikir yang ilmiah, yaitu terstruktur dan berdasarkan fakta-fakta yang ada.
6)      Mencegah terbentuknya generasi yang “Bodoh”
Mungkin agak sedikit kasar, namun seperti inilah kenyataanya. Dunia pendidikan sangat baik manfaatnya untuk mencegah terjadinya pembodohan. Dengan adanya pendidikan, maka individu akan semakin memahami hal apa saja yang baik dan juga benar, sehingga dapat mencegah berbagai macam tindak-tindakan bodoh, yang dapat merugikan banyak pihak. 
7)      Menambah pengalaman peserta didik
Manfaat pendidikan lainnya adalah mampu untuk meningkatkan pengalaman-pengalaman bagi para individu dan juga peserta didik. Hal ini tentu saja dapat membantu seseorang untuk bekerja lebih baik lagi, sesuai dengan pengalaman yang sudah pernah mereka peroleh dibangku pendidikan.
8)      Mencapai aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan tingkatan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia, dimana dalam aktualisasi diri, seseorang sudah memiliki banyak sekali pengalaman-pengalaman dan juga sudah mamp untuk mengaktualisasikan dirinya. Dengan pendidikan, maka tingkatan aktualisasi diri ini akan tercapai pada diri individu.
9)      Mencegah terjadinya tindak kejahatan
Dengan adanya pendidikan, maka seseorang akan memahami apa yang baik dan juga apa yang salah. Hal ini tentu saja akan berpengaruh dan juga bermanfaat untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan.
10)   Mengajarkan fungsi sosial dalam masyarakat
Tidak hanya mengajarkan pemahaman mengenai suatu disiplin ilmu tertentu, pendidikan juga mengajarkan mengenai interaksi sosial dalam masyarakat. Hal ini tentu saja akan membantu seseorang memahami fungsi-fungsi sosila yang harus diterapkan didalam masyarakat untuk menjadi individu yang berguna bagi bangsa dan negara.
11)  Meningkatkan produktivitas
Dengan semakin tingginya pengalaman dan juga tingkat pendidikan dari seseorang, maka hal ini akan berpengaruh pula terhadap kondisi produktivitas dari individu itu sendiri. Menjadi individu yang produktiv adalah menjadi individu yang mampu menghasilkan sesuatu, tidak hanya uang, melainkan dapat berguna bagi siapa saja yang membutuhkan.
12)  Mengoptimalkan talenta seseorang
Setiap orang dipercaya lahir dengan beragam talenta. Kalaupun memang tidak, didalam dunia pendidikan terdapat kesempatan bagi semua orang untuk mengetahui dan juga mengembangkan talenta yang dimiliki. Dengan adanya pendidikan, maka talenta atau bakat serta minat yang dimiliki seseorang dapat berkembang secara optimal dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak.
13)  Membetuk karakter bangsa
Manfaat pendidikan selanjutnya adalah untuk membentuk membentuk karakter bangsa yang bermartabat juga bermoral. Sejalan dengan tujuannya, pendidikan juga harus bermanfaat untuk meningkatkan dan juga membentuk karakter dari bangsa yang bermartabat dan juga bermoral baik. Hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap kemajuan dari negara kita.
14)  Memerbaiki cara berfikir individu
Seiring dengan bertambahnya pengalaman dan juga tingkat pendidikan yang sudah ditempuh oleh individu, maka hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap cara berfikir individu. Cara berfikir dan analisa yang dilakukan oleh seseorang akan meningkat dan akan menjadi lebih baik lagi.
15)  Meningkatkan taraf hidup manusia
Pendidikan juga bermanfaat untuk meningkatkan taraf hidup seseorang dimana mereka yang sudah pernah mengenyam pendidikan akan lenbih mengerti rasa saling menghargai.
16)  Membentuk kepribadian seseorang
Manfaat penting lainnya dari pendiikan adalah mampu untuk membentuk kepribadian seseorang. Beberapa kepribadian yang terbentuk di dalam diri seseorang memang sangat dipengaruhi oleh kualitas dan juga tingkatan pendidikan yang sudah pernah ditempuh oleh individu.
17)  Mencerdaskan anak – anak bangsa
Manfaat berikutnya, pendidikan sangat penting untuk mencerdaskan berbagai anak – anak bangsa, terutama mereka yang sedang mengenyam pendidikan dasar, harus melalui proses pendidikan dengan baik dan benar agar terbentuk generasi bangsa yang cerdas.
18)  Menjamin terjadinya integrasi sosial
Pendidikan juga dapat meningkatkan integrasi sosial. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya pemahaman mengenai fungsi – fungsi sosial yang ada didalam masyarakat, sehingga dengan terbentuknya integritas sosial maka akan terbentuk pula negara yang sejahtera.
19)  Meningkatkan kreativitas
Dengan menempuh jenjang – jenjang pendidikan, maka hal ini dapat membantu seseorang untuk mengembangkan dan juga meningkatkan kreativitas. Hal ini tentu saja amat berguna bagi individu itu sendiri dan  juga pastinya berguna bagi kehidupan masyarakat luas.
20)  Menciptakan anak – anak bangsa yang cerdas
Manfaat pendidikan yang terakhir adalah untuk menciptakan anak – anak bangsa menjadi anak yang cerdas, tidak mudah untuk dipengaruhi serta memiliki nilai – nilai moral dan integritas yang tinggi sehingga dapat memajukan dan turut serta dalam membantu pembangunan negara.
b.      Perkembangan secara horizontal (lingkungan dan masyarakat sekelilingnya) dan perkembangan secara vertikal (demi pengembangan pendidikan itu sendiri).
c.       Kegunaannya bagi pembangunan daerah dan nasional serta dalam hubungannya dengan penciptaan lapangan kerja. Lestarinya nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia.
Sumber/referensi:
Ihsan, Fuad. 2008. Dasar – Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar