Secara
umum pengertian pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia,
berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari
tidak paham menjadi paham dan sebagainya. Pendidikan itu bisa didapatkan dan
dilakukan dimana saja, bisa di lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga, dan
yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana memberikan atau mendapat
pendidikan dengan baik dan benar, agar manusia tidak terjerumus dalam kehidupan
yang negatif. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjamin
kelangsungan hidup negara, karena pendidikan merupakan sarana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Sebelum kita tinjau lebih lanjut apa yang dimaksud
dengan pendidikan, ada dua istilah yang hamper sama bentuknya, yaitu paedagogie
dan paedagogik. Paedagogie artinya pendidikan sedangkan paedagogik
berarti ilmu pendidikan.
Padagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan
mendidik. Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti
“pergaulan dengan anak-anak”. Paedagogos ialah seorang pelayan atau
pejuang pada zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput
anak-anak ke dan dari sekolah. Juga dirumahnya, anak-anak tersebut selalu dalam
pengawasan dan penjagaan dari para paedagogos itu. Jadi, nyatalah bahwa
pendidikan anak-anak Yunani kuno sebagian besar diserahkan kepada paedagogos
itu.
Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge
(saya membimbing atau memimpin). Perkataan paedagogos yang mulanya berarti
“rendah” (pelayan, pejuang), sekarang dipakai untuk pekerjaan yang mulia. Paedagoog
(pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam
pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri.
Menurut Carter V Good dalam Dictionary of Education
yang dikutip oleh Noor Syam (1980) dijelaskan sebagai berikut.
1. Pedagogy
a. The art, practice, or profession of
teaching
b. The systemimatized learning or
intructointion concercing principles and methods of teachingand student control
and guidance; largely replaced by the term education (7 : 387)
Menurut Carter, education berarti.
a. Proses perkembangan pribadi
b. Proses sosial
c. Professional cources
d. Seni untuk membuat dan memahami ilmu
pengetahuan yang tersusun yang diwarisi atau dikembangkan masa lampau oleh
setiap generasi bangsa.
Dalam kajian ilmu pendidikan terlebih dahulu perlu diketahui 2
istilah yang hampir sama bentuknya dan sering digunakan dalam dunia pendidikan,
yaitu: pedagogi dan pedagogik. Pedagogi berarti “pendidikan” pedagogik artinya
“ Ilmu pendidikan”.
Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah yang menyelidiki, merenungkan
tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Istilah ini berasal dari kata
“pedagogia” (Yunani) yang berarti pergaulan dengan anak-anak.
Menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 pendidikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai
usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan
baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil
peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri
(nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau
sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya.
1.
Pendidikan
dalam Pengertian Maha Luas, Sempit dan Luas Terbatas
a.
Definisi Maha Luas
1.) Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah
segala situasi yang mempengaruhi pertumbuhan individu.
2.) Karakteristik khusus
-
Masa
pendidikan. Pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada
pengaruh lingkungan.
-
Lingkungan
pendidikan. pendidikan berlangsung dalam segala lingkungan hidup, baik yang
khusus dicipakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada dengan
sendirinya.
-
Bentuk
kegiatan. Terentang dari bentuk – bentuk yang misterius atau tak disengaja
sampai dengan terprogram. Pendidikan berbentuk segala macam pengalaman belajar
dalam hidup. Pendidikan berlangsung dalam beraneka ragam bentuk, pola, dan
lembaga. Pendidikan dapat terjadi sembarang, kapan dan dimana pun dalam hidup. Pendidikan
lebih berorientasi pada peserta didik.
-
Tujuan.
Tujuan pendidikan terkandung dalam seiap pengalaman belajar, tidak ditentukan
dari luar. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan. Tujuan pendidiakn adalah tidak
terbatas. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup.
3.) Pendukung, Kaum Humanis Romantik.
-
Kaum
Humanis Romantik (seperti : John Holt, William Glasser, Jonathan Kozol, Charles
E. Silberman, Herbert Kohl, Neil Roger, Ivan Illich, dan sebagainya), dan kaum
Pragmatik (seperti : John Dewey, Willian Heard Kilpatrick, dan sebagainya)
cendenrung mendefinisikan pendidikan dalam arti maha luas, dan mengecam praktek
pendidikan disekolah yang diselenggarakan dalam zamannya. Pada umumnya mereka
mengecam praktek pendidikan di sekolah, karena di sekolah berlangsung
dehumanisasi, yaitu proses pengikisan martabat kemanusiaan. Sekolah terasing
dari kehidupan nyata. Pola hubungan guru dengan murid adalah otoriter, sehingga
kurang berlangsung perkembangan individu secara optimal.
-
Kecaman
yang radikal datang dari Ivan Illich,
yang dituangkan dalam Deschooling Society (masyarakat tanpa sekolah).
Ivan Illich mempunyai gagasan yang terangan – angan mengutuk pendidikan yang
dilembagakan dalam bentuk sekolah. Dalam
kecamannya itu, Ivan Illich yakin bahwa sekolah – sekolah dengan sendirinya
menjadi tidak memadai, dan hanya mendorong kepada mengasingkan siswa dari
hidup. Selanjutnya dia yakin bahwa tujuan peniadaaan sekolah dalam masyaakat
akan menjamin siswa dapat memperoleh kebebasan dalam belajar tanpa harus memperjuangkan
untuk memperolehnya dari masyarakat. Setiap orang harus diajamin kepribadiannya
dalam belajar, dengan harapan dia akan menerima kewajiban membantu orang lain
untuk tumbuh sesuai dengan kepribadiannya. Ivan Illich berpendapat bahwa suatu
sistem pendidikan yang baik harus mempunyai tiga tujuan, yaitu: (1) Memberi
kesempatan kepada semua orang untuk bebas dan mudah memperoleh sumber belajar
pada setiap saat; (2) Memungkinkan semua orang yang ingin memberikan
pengetahuan mereka kepada orang lain dapat dengan mudah melakukannya, demikian
pula bagi yang ingin mendapatkannya; dan (3) Menjamin tersedianya masukan umum
yang berkenaan dengan pendidikan. Akhirnya dia yakin, dan tidak lebih dari
empat-mungkin bahkan tiga-jalur belajar yang berbeda, yang berisi sumber yang
diperlukan untuk belajar yang sebenarnya. Anak tumbuh dalam sebuah dunia benda,
dikelilingi oleh orang – orang yang tampil sebagai contoh - contoh
keterampilan, dan nilai – nilai. Anak menghadapi kawan – kawan yang
menantangnya untuk bernalar, bersaing, bekerja sama, dan memperoleh pengertian;
dan apabila anak beruntung, dia tampil untuk diperhadapkan dengan anak yang
lebih tua yang berpengalaman, yang mampu membimbing. Benda – benda, contoh –
contoh, kawan – kawan sebaya, dan orang – oang yang lebih tua adalah empat
macam sumber belajar, yang masing – masing memerlukan cara pengelolaan yang
bereda – beda agar dapat menjamin bahwa setiap orang mempunyai keleluasaan
memanfaatkannya. Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan pengajaran berdasarkan
suatu kurikulum wajib, yang harus disajikan guru agar anak usia tertentu
menguasainya, tidak diperlukan karena akan mematikan kebebasan anak yang sangat
ketat dalam waktu, tempat, bentuk kegiatan, dan tujuan belajar bukan merupakan
pendidikan yang baik, karena mengekang kebebasan.
b.
Definisi Sempit
1.) Pendidkan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang
diselenggarakan di sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pegaruh yang diupayakan
sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai
kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan – hubungan dan
tugas – tugas sosial mereka.
2.) Karakteristik khusus
-
Masa
pendidikan. Pendidikan berlangsng dalam waktu terbatas, yaitu masa anak dan
remaja.
-
Lingkungan
pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam lingkungan pendidikan yang diciptakan
khusus untuk meyelenggarakan pendidikan. Secara teknis pendidikan berlangsung
di kelas.
-
Bentuk
kegiatan. Isi pendidikan tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum.
Kegiatan pendidikan lebih berorientasi pada kegiatan guru sehingga guru
mempunyai peranan yang sentral dan menentukan. Kegiatan pendidikan terjadwal,
tertentu waktu dan tempatnya.
-
Tujuan.
Tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar. Tujuan pendidikan terbatas pada
pengembangan kemampuan – kemampuan tertentu. Tujuan pendidikan adalah
mempersiapkan hidup.
3.) Pendukung, Kaum Behavioris.
-
Kaum
Behavioris (misalnya : B. Watson, B.F. Skinner, Lester frank Ward, dan
sebagainya) cenderung mendefinisikan pendidikan dalam arti sempit. Sekurang –
kurangnya mereka mempunyai pandangan yang optimis terhadap peranan sekolah
dalam menyelenggrakan pendidikan, dan pesimis atau meragukan peranan pendidikan
dalam bentuk – bentuk pengalaman belajar dalam hidup yang tidak dilembagakan.
Mereka mempunyai keyakinan yang sangat kuat tentang masa depan sekolah sebagai
hal-ikhwal yang berkenaan dengan rekayasa pengubahan tingkah laku. Sekolah
hendaknya dirancang seperti halnya dengan para insinyur yang bekerja merancang
sebuah mesin yang canggih. Sekolah sebagai lembaga berlangsungnya proses
rekayasa perubahan tingkah laku harus didasarkan pada kurikulum yang dirancang
secara ilmiah dan bentuk – bentuk kegiatannya harus diorganisasikan dengan
penuh perhatian dan dilaksanakan dengan penuh disiplin. Selanjutnya ada tiga
prinsip utama yang mendasari sekolah dalam menyerenggarakan proses rekayasa
pengubahan tingkah laku. Ketiga prinsip tersebut yaitu : (1) Pembentukan pola
tingkah laku seseorang sangat kuat dipengaruhi oleh lingkungan; (2) Pendidikan disekolah
merupakan rekayasa perubahan pola tingkah laku yang terprogram secara cermat;
(3) Masa depan sekolah sebagi lembaga perekayasaan pola tingkah laku yang
terprogram adalah cerah karena mempunyai peranan yang besar dalam mencapai
kemajuan. Sering pula dikemukakan bahwa sekolah adalah agen dari instrumen
vital dalam pembangunan untuk mencapai kemajuan. Optimisme kaum Behavioris
tentang sekolah antara lain dikemukakan oleh John B. Watson, seorang pelatak
dasar ajaran Behaviorisme modern, sebagi berikut : “Berilah saya selusin anak
yang sehat, kondisi badannya baik, dan dunia diri pribadiku yang terarah kepada
upaya mendidik mereka dan saya akan jamin untuk memilih anak yang mana pun dan
melatihnya menjadi seorang spesialis apa pun yang saya akan pilih, apakah
dokter, ahli hukum, seniman, saudagar, dan bahkan menjadi pengemis dan pencuri,
tak perduli bakatnya, minatnya, kecenderungannya, kemampuannya, pekerjaanya dan
keturunan rasnya” (dalam Behaviorism, hlm: 82, yang dikutip dari buku Edward J.
Powell, 1982: 205). Pernyatan ini mengandung makna bahwa pengaruh lingkungan
dalam bentuk latihan atau ajaran terhadap pembentukan kemampuan – kemampuan
seseorang sangat menentukan, dan dengan demikian mengajarkan paham determinisme
lingkungan. B.F.Skinner, salah seorang pakar Behaviorisme terkemuka, meletakkan
dasar pada determinisme lingkungan dalam teori pendidikan. Skinner dalam Beyond
Freedom and Dignity antara lain menyatakan : “Pengaruh – pengaruh lingkungan
membentuk kita seperti apa yang ada sekarang ini.” Dia juga menyatakan bahwa
kita dikontrol oleh lingkungan kita, dan sebagian besar lingkungan membentuk
kita seperti apa yang dapat kita mencapai sekarang ini. Meskipun demikian, kita
selalu dapat mempengaruhi kita. Kita sekaligus dikontrol dan pengontrol. Pada
akhirnyal tersebut, dan perilaku kita aktif mengikutinya. Hal ini meng kita
mencapai keadaan yang lebih baik apabila kita memahami hal tersebut, dan
perilaku kita aktif mengikutinya. Hal ini mengandung arti perlunya teknologi
pengubahan tingkah laku manusia. Oleh karena itu penggunaaan prinsip-prinsip
rekayasa tingkah laku dalam pendidikan harus diupayakan secara ilmiah, seperti
yang dilakukan dalam rekayasa sebuah mesin yang canggih. Dengan demikian,
pengajaran di sekolah haruslah dikelola secara terprogram berdasarkan
prinsip-prinsip dan prosedur ilmiah. Sehubungan dengan hal itu, guru mempunyai
peranan yang menentukan di dalam mengarahkan proses belajar, tetapi berperan
pula di dalam merancang dan mengontrol proses belajar. Apabila guru dapat
melaksanankannya secara efisien dan efektif di dalam merekayasa pengajaran di
sekolah, maka dengan sendirinya akan berlangsung proses belajar yang efisien
dan efektif sehingga pada akhirnya terwujudlah pola tingkah laku yang
diharapkan. Apabila sekolah mampu berfungsi sebagai lembaga rekayasa,
pengubahan pola tingkah laku yang ampuh, maka sekolah mempunyai kedudukan dan
peranan yang menentukan di dalam memacu kemajuan masyarakat modern. Dengan
demikian, masa depan keberadaan sekolah dalam masyarakat modern menjadi kuat
karena akan mampu mempersiapkan tenaga-tenaga yang diperlukan dalam
mempertahankan dan mengembangkan masyarakat modern.
-
Optimisme
kaum Behaviorisme terhadap keberadaan dan peranan sekolah dalam masyarakat
modern tidak terlepas dari optimisme yang kuat terhadap ilmu dan teknologi di
dalam membangun masyarakat modern. Mereka adalah penganut paham scientisme yang mempunyai kepercayaan
kuat terhadap keampuhan ilmu dan teknologi bagi pembangunan kehidupan manusia
yang lebih baik. Ilmu dan teknologi sebagai lingkungan yang diciptakan dan
dikontrol oleh manusia merupakan kekuatan dalam masyarakat yang mempunyai
pengaruh besar dalam membangun dunia modern. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
mempunyai kaitan yang erat dengan ilmu dan teknologi, baik dalam struktur
maupun misinya. Sekolah merupakan lingkungan buatan manusia yang diciptakan dan
dikontrol dalam bentuk rekayasa pengubahan pola tingkah laku berdasarkan
prinsip-prinsip kerja ilmiah dan teknologi, dengan misi melaksanakan dan
mengembangkan semangat dan konsep-konsep ilmu dan teknologi dalam diri individu
sehingga menghasilkan tenaga-tenaga berkompetensi atau berkemampuan kerja
produktif. Dengan demikian sekolah sebagai lingkungan buatan manusia yang
diperlukan di dalam membangun masyarakat, menuju kehidupan yang lebih baik.
Optimisme terhadap peranan sekolah dalam pendidikan menyatakan pula oleh Lester
Frank Ward, yang antara lain menyatakan : “Setiap anak dilahirkan di dunia,
hendaknya dipandang oleh masyarakat ibarat bahan mentah yang harus diolah dalam
pabrik. Alam tidak dapat diandalkan untuk mengembangkan kemampuan individu.
Pengembangan kemampuan individu harus direncanakan dan sebagian besar rencana
tersebut harus dilaksanakan dengan suatu sekolah yang baik.”
c.
Definisi Alternatif atau Luas Terbatas
1.)
Pendidikan
adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah,
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan yang berlangsung di
sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik
agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di
masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar
terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non-formal, dan informal di sekolah
dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi
pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan
peranan hidup secara tepat.
2.)
Karakteristik
khusus
-
Masa
pendidikan. Pendidikan berlangsung seumur hidup, yang kegiatan-kegiatannya
tidak berlangsung sembarang, tetapi pada saat-saat tertentu.
-
Lingkungan
pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam sebagian dari lingkungan hidup.
Pendidikan tidak berlangsung dalam lingkungan hidup yang tergelar dengan
sendirinya. Lingkungan alam sekitar yang alami tidak merupakan lingkungan
pendidikan. Pendidikan hanya berlangsung dalam lingkungan hidup kultural.
-
Bentuk
kegiatan. Pendidikan dapat berbentuk pendidikan formal, pendidikan informal,
dan pendidikan non-formal. Kegiatan pendidikan dapat berbentuk bimbingan,
pengajaran, dan/atau latihan. Pendidikan selalu merupakan usaha sadar yang
tercakup di dalamnya usaha pengelolaan pendidikan, baik dalam bentuk
pengelolaan pendidikan nasional maupun satuan pendidikan, serta usaha
melaksanakan kegiatan pendidikan. Pendidikan berorientasi kepada komunikasi
pendidik-peserta didik.kegiatan pendidikan berbentuk kegiatan belajar mengajar.
3.) Tujuan. Pendidikan nerupakan perpaduan tujuan- tujuan Pendidikan
yang bersifat pengembangan kemempuan- kemempuanpribadi secara pribadi secara
optimal dengan tujuan- tujuan social yang bersifat manusia seutuhnya yang dapat
memainkan peranan sebagai warga dalam berbagai lingkungan persekutuan hidup dan
kelompok social. Tujuan pendidikan mencangkup tujuan- tujuan setiap jenis
kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran, dan latihan), dam tujuan- tujuan
satuan pendidikan sekolah dan luar sekolah, dan tujuan- tujuan pendidikan
nasional. Tujuan pendidikan adalah sebagian dari tujuan hidup, yang bersifat
menunjang terhadap pencapaian tujuan- tujuan hidup.
4.) Pendukung, Kaum Humanis Realistik dan Realisme Kritis.
-
Kaum
Humanis Realistik (misalnya: Edgar Faure
Felipe Herrera, Federick Champion Ward, dan sebagainya) dn juga kaum Realisme
Kritis (stella van petten Henderson, Immanuel Kant, Pestalozzi, dan sebagainya)
cenderung menjawab pertanyaan apakah pedidikan dalam bentuk definisi
alternative. Mereka cenderung mengambil jaln tengah dari tarik-menarik dari
definisi pendidikan yang maha luas dengan yang sempit. Edgar Faure sebagai
ketua sebuah Komisi Internasional untuk pengembangan pendidikan dari Unesco
merumuskan makna pendidikan dalam kerangka gagasan pendidikan seumur hidup
(Lifelong education), dan mlasyarakat yang terus belajar. Dengan mempergunakan
pendekatan dialektis. Edgar Faure merumuskan makna pendidikan sebagai usaha
memaksimalkan peranan pengajaran di sekolah dan pendidikan di luar sekolah.
Pendidikan adalah menjadikan pengajaran di sekolah makin bersifat kegiatan belajar,
dan pendidikan di luar sekolah makin terprogram dan produktif, untuk menuju
tercapainya manusia seutuhnya dengan segala kekayaan kepribadiannya, cara-cara
mengutarakan yang kompleks dan dalam segala kewajibannya sebagai perorangan,
anggota keluarga dan anggota masyarakat, sebagai penduduk dan penghasil atau
penemu teknik-teknik dan pemimpin yang kreatif, serta masyarakat yang terus
belajar, yaitu masyarakat yang anggotanya tidak lagi asik mencari pengetahuan
sekali saja untuk selama-lamanya sepanjang hidupnya, tetapi harus belajar
membangun suatu sosok pengetahuan untuk seumur hidup yang senantiasa berkembang
yaitu “belajar untuk hidup”. Gambaran tentang pemanduan dan maksimalisasi
peranan pendidikan sekolah dan luar sekolah dalam menuju tercapainya manusia
seutuhnya dan masyarakat yang terus belajar antara lain dapat kita ikuti
kutipan dari laporan komisi Internasional untuk pengembangan pendidikan,
sebagai berikut:
“Revolusi ilmu pengetahuan dan
teknologi, arus informasi yang membanjiri manusia, adanya jaringan- jaringan
media komunikasi ukuran raksasa, bersama-sama dengan banyak factor ekonomi dan
social lainnya, telah banyak mengubah system pendidikan tradisional, mengemukakan
kelemahan-kelemahan bentuk pengajaran tertentu dan kekuatan-kekuatan system
lainnya, memperluas ruang lingkup kegiatan belajar sendiri dan mempertinggi
nilai sikap aktif dan sadar dalam mencari ilmu. Prestise pengajaran yang
berdasarkan refleksi terus meningkat. Masalah-masalh yang timbul dalam
pendidikan dan pengajaran murid dari
segala umur, termasuk orang dewasa, memaksa kita menggunakan sejumlah
besar bentuk pengajaran murid dari segala umur, sejumlah besar bentuk
pengajaran luar sekolah. Pendidikan luar sekolah mencakup pilihan kemungkinan
yang luas, yang seyogianya digunakan secara produktif oleh semua Negara.
Meremehkannya adalah pandangan atau sikap masa lalu, dan pendidik yang
progresif tidak boleh bersikap demikian. Namun sekolah-sekolah, yaitu
gedung-gedung yang didirikan untuk memberikan pendidikan secara sistematis
kepada generasi sedang tumbuh, sekarang dan juga dimasa yang akan datang, tetap
merupakan faktor yang menentukan dalam melatih seseorang ikut menyumbang
pembangunan masyarakat dan ikut serta aktif dalam kehidupan, melatih
orang-orang yang betul-betul siap untuk bekerja. Terutama dalam masyarakat
modern diperlukan pengetahuan yang sistematis, kecakapan dan keterampilan untuk
mengolah sejumlah besar informasi yang diterimanya melalui saluran yang lebih
besar jumlahnya dan makin banyak macamnya. Pengetahuan ilmiah, dan ide-ide yang
dianggap sebagai sari apa yang umum dan asasi dalam benda dan fenomena dan
terutama pula system pengetahuan serta metode yang memungkinkan individu
membentuk interpretasi mereka sendiri tentang arus informasi yang dahsyat ini
dan mengasimilasikannya secara positif, hamper selalu memerlukan pendidikan
yang teratur, yang di berikan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang dipolakan
dengan baik. “(Edgar Faure, 1980:Xiii)
-
Pendekatan
dialektis dalam merumuskan makna pendidikan dapat pula kita temukan dalam
Introduction to Philosophy of Education dari Stella van Petten Henderson. Dalam
bukunya tersebut, Henderson mencoba memadukan pengertian pendidikan sebagai pengembangan
potensi-potensi yang terdapat dalam diri seseorang, dan pendidikan sebagai
warisan social dari generasitua kepada generasi muda. Dalam semangat dialektis,
Henderson mendefinisikan pendidikan sebagai berikut: “…pendidikan sebagai suatu
proses pertumbuhan dan perkembangan berarti sebagai suatu hasil interaksi
seseorang individu dengan lingkungannya baik fisik maupun social, mulai dari
lahir saampai akhir hayatnya sebagai suatu prosesdi mana pewarisan sosisl
merupan sebagian dari lingkungan social menjadi suatu alat yang dipergunakan
untuk perkembangan dari pribadi- pribadi sebaik dan sebanyak mungkin, laki-laki
dan wanita yang hendak meningkatkan kesejahteraan manusia, …”
(Henderson,1959:44). Selanjutnya ditemukan: “…untuk membingbing pertumbuhan laki-laki
dan anak perempuan mencapai perkembangan manusia sempurna yang diperlukan untuk
kemajuan social, mereka harus mengalami pelatihan bertujuan untuk membentuk
kebiasaan. …”pengajaran bertujuan membantu murid memperoleh pengetahuan dan
dengan demikian mengembangkan inteligensinya. Warisan social harus disalurkan
melalui satu cara sedemikian rupa sehingga mendorong pertumbuhan inteligensi.
Tetapi pembentukan kebiasaan dan pengajaran saja masih belum cukup.
Kecendrungan- kecendrungan menggunakan inteligensi dan kemampuan untuk
mewujudkan kesejahteraan social harus dikembangkan. Oleh karna itu inspirasi
harus merupakan bagian dari pendidikan. Emosi- emosi kita adalah dasar
tingkahlaku kita, dan pengembangannya yang memadai adalah salah satu bagian
yang penting dalam pendidikan. Anak-anak harus tumbuh menjadi orang-orang
dewasa yang menghendaki kesejahteraan orang lain disamping kesejahteraan
sendiri, jika kemajuan social melalui usaha-usaha bersama harus menjadi suatu
kenyataan. “(Henderson,1959:46-47)
2.
Definisi
pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :
a.
Drirarkarya mengatakan
bahwa: Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia
ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan ialah pemanusiaan
manusia muda (Ditjen Dikti, 1983/1984: 19).
b.
Dictionary of Education
menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan
kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat
dimana dia hidup, proses sosial dimana orang di hadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah),
sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individu yang optimum (Ditjen Dikti, 1983/1984 : 19).
c.
Crow and Crow menyebutkan
pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi
individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari
generasi ke generasi (Suprapto, 1975).
d.
Ki Hajar Dewantara
dalam Kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun 1930 menyebutkan : Pendidikan
umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak
boleh di pisah-pisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan
kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras
dengan dunianya.
e.
Menurut MJ Lengveld : pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang
belum dewasa kepada kedewasaan. Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk
melaksanakan tugas-tugas hidupnya, agar bisa mandiri, akhil balik, dan
bertanggung jawab secara susila. Pendidikan adalah usaha mencapai
penentuan-diri-susila dan tanggung jawab.
f.
Menurut John
Dewey : pendidik tidak lain adalah hidup
itu sendiri. Dan hidup ini bukan hanya perkara hidup personal tetapi secara
luas menyangkut kehidupan masyarakat itu juga, karena itu pendidikan adalah
sebuah keniscayaan dan berlangsung secara alami, berfungsi sosial lantaran
berlangsung dalam masyarakat itu sendiri, memiliki nilai dan makna membimbing
lantaran kebiasaan hidup generasi lama yang berbeda dengan generasi baru serta
menjadi tanda perkembangan peradaban suatu msyarakat. Pendidikan tidak lain
adalah usaha menjaga keberlangsungan masyarakat itu sendiri.
g.
Menurut Cyrns : mendidik adalah pertolongan yang diberikan oleh siapa saja yang
bertanggung jawab atas pertumbuhan anak untuk membawanya ke tingkat dewasa.
Di dalam GBHN tahun 1973 disebutkan bahwa
pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung hidup.
Dari uraian di atas, maka pendidikan dapat diartikan sebagai :
1.
Suatu proses
pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan;
2.
Suatu
pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya;
3.
Suatu usaha
sadar untuk menciptakan suatu keadaan
atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat;
4.
Suatu
pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan. Anak sedang
mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaannya. Yang dimaksud dengan
dewasa adalah dapat bertanggung jawab terhadap sendiri baik secara biologis,
psikologis, pedagogis, dan sosiologis.
Dari seluruh
uraian tetang pengertian pendidikan di atas dapat kita kemukakan bahwa :
1.
Pendidikan
adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan
jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa,
cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta
keterampilan-keterampilan).
2.
Pendidikan juga
berarti lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan)
pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi kelurga, sekolah dan masyarakat).
3.
Pendidikan
berarti pula hasil atau prestasi yang di capai oleh perkembangan manusia dan
usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya.
Dasar
Pendidikan di Indonesia
Pancasila yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang diterapkan pada tanggal 18 Agustus 1945
adalah dasar neara, kepribadian, tujuan dan pandangan hidup bangsa Indonesia:
Sebagai dasar negara, pandangan
hidup bangsa, Pancasila merupakan pedoman yang menunjukkan arah, cita-cita dan
tujuan bangsa. Demikian pula halnya dengan pendidikan yang dilksanakan di
Indonesia. Pancasila menjadi dasar sistem nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, segai termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila
sehingga pedidikan nasional Indonesia adalah pendidikan Pancasila.
Karena itu, Pancasila harus menjadi
semua dasar kegiatan pendidikan di Indonesia. Selain berdasarkan Pancasila,
pendidikan nasional juga bercitacita untuk membentuk manusia Pancasialis, yaitu
manusia indonesia yang menghayati dan mengamalkan Pancasila daam sikap
perbuatan dan tingkah lakunya, baik dalam kehidupa bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
Melalu
sistem pendidikan nasioal diharapkan setiap rakyat indonesia mempertahankan
hidupnya, mengembangkan dirinya dan secara bersama-sama membangun
masyarakatnya.
Pendidikan
di Indonesia memiliki landasam ideal adalah Pancasila, landasan konstitusional
ialah UUD 1945, dan landasan oprasional ialah Ketetapan MPR tentang GBHN
Adapun yang dimaksud dengan dasar di sini adalah sesuatu yang menjadi kekuatan
bagi tetap tegaknya suatu bangunan atau lainnya, seperti pada rumah atau
gedung, maka pondasilah yang menjadi dasarnya.Begitu pula halnya dengan
pendidikan, dasar yang dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang mempunyai
peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di
sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara
yuridis formal telah dirumuskan antara lain sebagai berikut:
a.
Undang-Undang
tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950, Nomor 2 tahun
1945, Bab III Pasal 4 Yang Berbunyi: Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas
asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar RI dan kebudayaan
bangsa Indonesia.
b. Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang
berbunyi: Dasar pendidikan adalah falsafah negara Pancasila.
c. Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN 1988 Bab IV bagian
pendidikan berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila.
d. Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian Pendidikan
yang berbunyi: Pendidikan Nasional (yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
e. Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
f. Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di
Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No.
2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003
1.
Pokok-Pokok
Isi Pendidikan di Indonesia.
a. Nilai pancasila, hendaknya dijabarkan dan
menjiwai isi pendidikan dalam arti menjadi program dari berbagai jenis dan
tingkat pendidikan.
b. Keseluruhan isi pendidikan harus
ditransformasikan secara simultan kepada anak didik demi terbentuknya pribadi-
pribadi pancasila.
2. Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam
Pelaksanaan Pendidikan
a. Kegunaannya bagi bangsa Indonesia dan umat
manusia.
Pada dasarnya, pendidikan sangat penting untuk dilakukan.
Manfaat pendidikan dapat memberikan banyak kegunaan.
1) Memberikan informasi dan pemahaman
Manfaat pendidikan pertama adalah untuk meningkatkan
serta pemahaman terhadap ilmu pengetahuan secara menyeluruh kepada setiap
anggota didik. Hal ini merupakan salah satu hal yang paling penting dan
merupakan tujuan serta manfaat utama dari pendidikan. Dengan adanya pendidikan,
maka setiap peserta didik akan dibantu dalam memahami dan mengenal berbagai
macam ilmu pengetahuan yang terus berkembang.
2) Menciptakan generasi penerus bangsa
Manfaat pendidikan yang kedua adalah mampu untuk
–menciptakan generasi penerus bangsa yang expert atau ahli dalam berbagai
bidang. Hal ini berhubungan dengan tersedianya berbagai macam jenjang
pendidikan dan juga penjurusan yang ada, sehingga dapat membantu melahirkan
banyak sekali generasi muda ynag berguna bagi banyak orang sesuai dengan
disiplin ilmu yang dipelajari.
3) Memperdalam suatu ilmu pengetahuan
Selain dapat membantu menciptakan generasi bangsa yang
baik dan cerdas, pendidikan juga dapat bermanfaat bagi seseorang yang sedang
ingin memperdalam suatu disiplin ilmu tertentu. Biasanya manfaat ini akan
sangat terasa bagi mereka yang mengabdikan dirinya menjadi peneliti dari suatu
disiplin ilmu, dan bertekad mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut.
4) Gelar pendidikan untuk karir
Pentingnya untuk mendapatkan gelar yang nantinya berguna
untuk keperluan karir di masa yang akan datang. Meskipun gelar bukanlah
segalanya, namun demikian untuk mendapatkan jenjang karir yang memuaskan, gelar
dari bidang atau disiplin ilmu tertentu sangatlah penting. Gelar akan
menunjukkan keahlian seseorang terutama dalam bidang pekerjaan dan juga
pengembangan karir individu.
5) Membentuk pola pikir yang ilmiah
Pola pikir antara mereka yang menempuh pendidikan dan
yang tidak pernah menempuh jenjang pendidikan pastilah akan berbeda. Dunia
pendidikan memungkinkan seseorang memiliki jalan dan pola pikir yang ilmiah,
yaitu terstruktur dan berdasarkan fakta-fakta yang ada.
6) Mencegah terbentuknya generasi yang “Bodoh”
Mungkin agak sedikit kasar, namun seperti inilah
kenyataanya. Dunia pendidikan sangat baik manfaatnya untuk mencegah terjadinya
pembodohan. Dengan adanya pendidikan, maka individu akan semakin memahami hal
apa saja yang baik dan juga benar, sehingga dapat mencegah berbagai macam
tindak-tindakan bodoh, yang dapat merugikan banyak pihak.
7) Menambah pengalaman peserta didik
Manfaat pendidikan lainnya adalah mampu untuk
meningkatkan pengalaman-pengalaman bagi para individu dan juga peserta didik.
Hal ini tentu saja dapat membantu seseorang untuk bekerja lebih baik lagi,
sesuai dengan pengalaman yang sudah pernah mereka peroleh dibangku pendidikan.
8) Mencapai aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan tingkatan tertinggi yang bisa
dicapai oleh manusia, dimana dalam aktualisasi diri, seseorang sudah memiliki
banyak sekali pengalaman-pengalaman dan juga sudah mamp untuk
mengaktualisasikan dirinya. Dengan pendidikan, maka tingkatan aktualisasi diri
ini akan tercapai pada diri individu.
9) Mencegah terjadinya tindak kejahatan
Dengan adanya pendidikan, maka seseorang akan memahami
apa yang baik dan juga apa yang salah. Hal ini tentu saja akan berpengaruh dan
juga bermanfaat untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan.
10) Mengajarkan fungsi sosial dalam masyarakat
Tidak hanya mengajarkan pemahaman mengenai suatu disiplin
ilmu tertentu, pendidikan juga mengajarkan mengenai interaksi sosial dalam
masyarakat. Hal ini tentu saja akan membantu seseorang memahami fungsi-fungsi
sosila yang harus diterapkan didalam masyarakat untuk menjadi individu yang
berguna bagi bangsa dan negara.
11) Meningkatkan produktivitas
Dengan semakin tingginya pengalaman dan juga tingkat
pendidikan dari seseorang, maka hal ini akan berpengaruh pula terhadap kondisi
produktivitas dari individu itu sendiri. Menjadi individu yang produktiv adalah
menjadi individu yang mampu menghasilkan sesuatu, tidak hanya uang, melainkan
dapat berguna bagi siapa saja yang membutuhkan.
12) Mengoptimalkan talenta seseorang
Setiap orang dipercaya lahir dengan beragam talenta.
Kalaupun memang tidak, didalam dunia pendidikan terdapat kesempatan bagi semua
orang untuk mengetahui dan juga mengembangkan talenta yang dimiliki. Dengan
adanya pendidikan, maka talenta atau bakat serta minat yang dimiliki seseorang
dapat berkembang secara optimal dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan orang
banyak.
13) Membetuk karakter bangsa
Manfaat pendidikan selanjutnya adalah untuk membentuk
membentuk karakter bangsa yang bermartabat juga bermoral. Sejalan dengan
tujuannya, pendidikan juga harus bermanfaat untuk meningkatkan dan juga
membentuk karakter dari bangsa yang bermartabat dan juga bermoral baik. Hal ini
tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap kemajuan dari negara kita.
14) Memerbaiki cara berfikir individu
Seiring dengan bertambahnya pengalaman dan juga tingkat
pendidikan yang sudah ditempuh oleh individu, maka hal ini tentu saja akan
sangat berpengaruh terhadap cara berfikir individu. Cara berfikir dan analisa
yang dilakukan oleh seseorang akan meningkat dan akan menjadi lebih baik lagi.
15) Meningkatkan taraf hidup manusia
Pendidikan juga bermanfaat untuk meningkatkan taraf hidup
seseorang dimana mereka yang sudah pernah mengenyam pendidikan akan lenbih
mengerti rasa saling menghargai.
16) Membentuk kepribadian seseorang
Manfaat penting lainnya dari pendiikan adalah mampu untuk
membentuk kepribadian seseorang. Beberapa kepribadian yang terbentuk di dalam
diri seseorang memang sangat dipengaruhi oleh kualitas dan juga tingkatan
pendidikan yang sudah pernah ditempuh oleh individu.
17) Mencerdaskan anak – anak bangsa
Manfaat berikutnya, pendidikan sangat penting untuk
mencerdaskan berbagai anak – anak bangsa, terutama mereka yang sedang mengenyam
pendidikan dasar, harus melalui proses pendidikan dengan baik dan benar agar
terbentuk generasi bangsa yang cerdas.
18) Menjamin terjadinya integrasi sosial
Pendidikan juga dapat meningkatkan integrasi sosial. Hal
ini berhubungan dengan meningkatnya pemahaman mengenai fungsi – fungsi sosial
yang ada didalam masyarakat, sehingga dengan terbentuknya integritas sosial
maka akan terbentuk pula negara yang sejahtera.
19) Meningkatkan kreativitas
Dengan menempuh jenjang – jenjang pendidikan, maka hal
ini dapat membantu seseorang untuk mengembangkan dan juga meningkatkan
kreativitas. Hal ini tentu saja amat berguna bagi individu itu sendiri dan juga pastinya berguna bagi kehidupan
masyarakat luas.
20) Menciptakan anak – anak bangsa yang cerdas
Manfaat pendidikan yang terakhir adalah untuk menciptakan
anak – anak bangsa menjadi anak yang cerdas, tidak mudah untuk dipengaruhi
serta memiliki nilai – nilai moral dan integritas yang tinggi sehingga dapat
memajukan dan turut serta dalam membantu pembangunan negara.
b. Perkembangan secara horizontal (lingkungan dan
masyarakat sekelilingnya) dan perkembangan secara vertikal (demi pengembangan pendidikan itu sendiri).
c. Kegunaannya bagi pembangunan daerah dan
nasional serta dalam hubungannya dengan penciptaan lapangan kerja. Lestarinya
nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia.
Sumber/referensi:
Ihsan, Fuad. 2008. Dasar
– Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar
Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Pidarta, Made. 2009. Landasan
Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar