Sabtu, 10 Desember 2016

SUKSES ATAU GAGAL, ANTARA NASIB DAN TAKDIR


Nasib dan Takdir merupakan dua kata yang sering menjadi alasan kegagalan atau keberhasilan seseorang. Kata nasib lebih mengacu pada hasil yaitu sukses atau gagal, sedangkan Takdir mengacu pada jalan hidup seseorang. Maka ketika orang menemui kegagalan, ia akan berucap emang sudah nasibku begini. Begitu pula jika seseorang mencapai kesuksesan, maka orang lain akan berkata orang itu memiliki nasib yang baik. Sedangkan takdir akan diucapkan kepada orang yang menjalani profesi beda dari dirinya, contohnya takdirnya adalah sebagai pemimpin bangsa, takdirnya sebagai pengusaha, takdirnya sebagai pemulung ataupun pengemis.
Opini lain yang berkaitan dengan Nasib dan Takdir adalah sebagai sesuatu yang tidak dapat diubah. Saya yakin anda sering menjumpai orang dengan pengertian seperti ini ataupun mungkin diri anda sendiri. Ada sebagian orang yang berpikir lebih baik, bahwa nasib dan takdir dapat diubah tapi susah sekali melakukannya. Yah paling tidak orang ini memiliki sedikit pikiran positif tentang kehidupan ini.
Jika nasib dan takdir tidak dapat diubah maka orang sukses akan sukses terus, orang gagal akan gagal terus. Tapi kenyataannya apa yang kita lihat, begitu banyak orang yang sukses menjadi gagal, dan sebaliknya orang yang awalnya dicap gagal pun akhirnya mencapai kesuksesan. Kenapa bisa begitu, ini karena nasib dan takdir bisa diubah. Bukan merupakan sesuatu yang kekal.
Salah satu teori yang mendukung hal ini adalah Law of Attraction ( baca buku The Secret karya Rhonda Byrne ), bahwa “Anda dapat memiliki dan melakukan segala sesuatu yang Anda inginkan”. Pikiran anda merupakan magnet yang sangat kuat di alam semesta. Jika kita memiliki pikiran negatif maka kita akan menarik lebih banyak hal negatif ke dalam diri Anda, sebaliknya jika Anda berpikiran positif maka Anda akan lebih banyak menarik hal positif ke dalam kehidupan Anda. Jadi hidup anda ini diciptakan oleh Anda sendiri, dalam artian anda yang menginginkannya seperti ini. Karena pikiran anda memancarkan suatu frekuensi dan menarik semua hal yang berada di frekuensi yang sama.
Maka jika ingin nasib dan takdir anda saat ini berubah, maka ubahlah dahulu frekuensi pikiran anda ke hal-hal yang Anda inginkan. Contohnya saya ingin menjadi sukses, saya ingin menjadi kaya raya, saya ingin hidup damai dan tenteram. Begitu pula jika Anda ingin mengubah hidup anda ke arah negatif, maka perbanyaklah frekuensi negatif di dalam pikiran Anda. Tentunya tidak banyak orang yang melakukan hal ini.
Mengetahui cara menerapkan Law of Attraction, maka anda dapat mengubah nasib dan takdir Anda. Mungkin Anda akan berkata, saya dari kecil memiliki cita-cita, tetapi kenapa sampai sekarang belum mencapainya, atau malah semakin jauh dari angan. Coba anda perhatikan selama perjalanan hidup anda dari kecil, apakah Anda sudah secara konsisten untuk memancarkan pikiran ke arah itu. Ingat pikiran negatif akan menjauhkan anda dari cita-cita Anda. Terutama ketika Anda berhadapan dengan suatu masalah dalam rangka mencapai cita-cita Anda, sudahkah anda memiliki tekad atau pikiran yang teguh untuk mengatasinya. Bahwa masalah tersebut adalah sesuatu yang dapat Anda atasi?
Satu pikiran positif jauh lebih baik dari beberapa pikiran negatif. Maka usahakan mengembangkan pikiran positif dalam hidup.
Banyak manusia yang tidak bisa bisa membedakan antara nasib dan takdir, nasib bisa dirubah oleh manusia, kalaupun itu harus dengan ijin dari Yang Maha Kuasa, karena Tuhan berkata “ tidak akan kurubah nasib seseorang, ketika ia sendiri tidak mau merubahnya “, Bahasa Tuhan ini memberi isyarat bahwa Tuhan memberi ijin kepada manusia untuk merubah nasibnya dengan kerja keras dan doa. Sedangkan takdir milik Tuhan semata. Takdir, ketika menjadikannya sebagai asset dalam pembenahan hidup, juga secara maknawi mempunyai nilai yang sangat fundamental menjadikan hidup lebih baik,karena dengan penerimaan akan takdir berarti penerimaan terhadap kuasa ILLAHI kepada apa yang terjadi dalam hidup. Takdir, adalah bahasa Tuhan. Dan itu tak bisa diubah, sudah merupakan kepastian. Dan kegagalan bukan merupakan takdir, maka bisa dirubah. Yang bisa merubahnya adalah manusia dengan izin Yang Maha Kuasa. Syaratnya adalah punya kemauan, berupaya, berusaha dan meminta izin dari Tuhan, maka “ GAGAL” bisa berubah menjadi “SUKSES”.
Dengan kalam-Nya Tuhan sudah memberi isyarat, bahwa manusia punya hak untuk merubahnya. Pada sisi lain Tuhan, tidak megijinkan manusia untuk putus asa, dan itu sudah dicontohkan ketika penciptaan manusia pertama Adam dan Hawa, ketika kegagalan dialaminya, Adam dan Hawa dengan segala kemauan, upaya dan usahanya yang tak mengenal lelah serta memohon ampun guna merubah nasibnya, akhirnya merubah “ KEGAGALAN’ menjadi “ KESUKSESAN”. Tuhan sudah memberi isyarat, bahwa nasib manusia bisa dirubah ketika manusia  mempunyai kemauan, usaha dan upaya tak kenal lelah. Tuhanpun telah memberi contoh terhadap kegagalan yang dialami oleh Adam dan Hawa. Tuhan memberi hak pada manusia untuk “ SUKSES”, Tuhanpun memberi hak untuk merubah “GAGAL” menjadi “SUKSES”. Adanya bahasa Tuhan, memperjelas bahwa setiap orang punya hak untuk merubah “KEGAGALAN “ menjadi “ KESUKSESAN” Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan, diartikan “ GAGAL”, hampir semua mansusia mengartikan “ SATU KEGAGALAN” sebagai “ SEMUA KEGAGALAN”, sehingga tertutup semua akses untuk munculnya kebangkitan. Secara tidak sadar kontaminasi hati terhadap hal ini menghasilkan persepsi yang menimbulkan asumsi yang berujung pada kesimpulan, bahwa “ GAGAL YANG SATU MERUPAKAN KEGAGALAN UNTUK SEMUANYA”, akhirnya manusia punya sikap untuk mendiskreditkan Tuhan, bahwa ini adalah semua hasil karya Tuhan. Kegagalan adalah hasil karya manusia, dan siapapun mengalaminya, siapapun dia. Kegagalan, bisa diartikan sebagai musibah, ujian, cobaan, bencana bahkan hikmah.

Ada perbedaan yang paling mendasar, ketika terjadi kegagalan, yaitu “menyikapi” kegagalan. Bagi orang – orang yang mampu metransformasi bahasa Tuhan, kegagalan dianggap sebagai ujian, bahkan sebagai “hikmah” karena dengan adanya hal tersebut berarti Tuhan penuh kasih dan sayang. Namun  bagi orang – orang yang tidak mampu mentransformnasi bahasa Tuhan, kegagalan sebagai “ malapetaka, bencana bahkan kutukan” Bahasa Tuhan adalah bahasa yang penuh dengan keberhasilan,kesuksesan dan kemenangan, maka dalam Bahasa Tuhan tidak ada dalam bahasa kegagalan,kekalahan dan ketidak-keberhasilan. Sesuatu pasti ada awalnya, dan mulailah dengan nama Tuhan, karena dia yang punya hak mutlak atas hidup ini, dari permulaan ketika proses itu sedang terjadi dan yang mengakhirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar