Manusia diciptakan
oleh Allah di dunia ini dengan bermacam-macam perbedaan, yang disebabkan karena
perbedaan hereditas (keturunan) dari masing-masing orang tua. Sejak manusia
lahir di dunia ini, tidaklah bisa hidup sendiri, melainkan butuh bantuan orang
lain dan juga lingkungan. Manusia membutuhkan lingkungan sebagai sarana untuk
mengembangkan dirinya. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan lingkungan
mempunyai peranan yang sangat penting.
Manusia juga mempunyai
kebebasan dalam melakukan segala hal, namun kebebasan itu haruslah kebebasan
yang bertanggungjawab dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di
dalam masyarakat. Antara hereditas, lingkungan dan kebebasan merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya mempunyai andil dalam penentuan
nasib atau sikap seseorang.
Hakikat Hereditas
Salah satu dasar
perbedaanan masing-masing individu adalah latar belakang hereditas individu.
Hereditas adalah pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik individu dari
pihak orang tuanya. Pewarisan ini terjadi melalui proses genetis.
Hereditas pada
individu berupa warisan specific genes yang berasal dari kedua orang tuanya.
Genes ini terhimpun didalam kromosom-kromosom atau colored bodies.
Kromosom-kromosom baik dari pihak ibu ataupun ayah berinteraksi membentuk
pasangan-pasangan. Dua anggota dari masing-masing pasangan memiliki bentuk dan
fungsi yang sama. Pasangan kromosom dimana dalam masing-masing kromosom
terdapat sejumlah genes dan masing-msaing genes memiliki sifat tertentu,
membentuk persenyawaan genes yang demikian menjalin senyawa sifat-sifat genes.
Bawaan atau hereditas
memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir
membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau
kakek-nenek. Warisan atau turunan tersebut yang terpenting, antara lain :
1. Bentuk Tubuh dan Warna
Kulit
Salah
satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan
warna kulit. Misalnya ada anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya,
wajah seperti bapaknya, rambut kering dan warna kulit putih seperti ibunya.
2. Intelegensi
Intelegensi
didefinisikan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan
bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara
efektif. Intelegensi seseorang dapat diketahui secara lebih tepat dengan
menggunakan tes intelegensi. Ukuran intelegensi dinyatakan dalam IQ
(Intelligence Quotient).
3. Bakat
Bakat
adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis kemampuan yang
dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya berbentuk keterampilan atau
suatu bidang ilmu.
4. Sifat
Sifat-sifat
yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu,
ayah, atau kakek dan nenek. Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia,
misalnya: penyabar, pemarah, kikir, pemboros,hemat dan lain sebagainya. Sifat-sifat
tersebut dibawa manusia sejak lahir. Ada yang dapat dilihat atau diketahui
selagi kecil dan ada pula yang diketahui sesudah ia besar. Misalnya sifat keras
(pelawan atau bandel) sudah dapat dilihat sewaktu anak masih berumur kurang
dari satu tahun, sedangkan sifat pemarah baru dapat diketahui setelah anak
lancer berbicara, yaitu sekitar 5 tahun. Sifat atau tabiat berbeda dengan
kebiasaan. Sifat sangat sukar diubah, sedangkan kebiasaan dapat diubah setiap
saat bila dikehendaki dengan sungguh-sungguh. Kebiasaan meminum minuman keras,
mabuk, main judi, dan sebagainya bisa diubah dan dibuang dari diri seseorang.
5. Penyakit
Beberapa
penyakit bisa berasal dari turunan, seperti penyakit kebutaan, syraf, dan luka
sulit kering (darah keluar terus, hemopili). Penyakit yang dibawa sejak lahir
akan terus mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.
Hakikat Lingkungan
Secara sempit,
lingkungan adalah alam sekitar diluar diri manusia/individu. Lebih luas lagi,
lingkungan mencakup segala material dan stimuli di dalam dan di luar diri individu,
baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-kultural. Dengan
demikian, lingkungan dapat diartikan secara:
1.
Fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material
jasmaniah di dalam tubuh, seperti gizi, vitamin, air, zat asam, dan sebagainya.
2.
Psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima
oleh individu mulai sejak zaman konsesi, kelahiran sampai matinya.
3.
Sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi
dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang
lain.
Secara garis besar,
lingkungan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya
keadaan tanah, keadaan musim, dan sebagainya. Lingkungan alam yang berbeda akan
memberikan pengaruh yang berbeda pula pada individu. Lingkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat yang
ditandai dengan adanya interaksi individu satu dengan individu lain.
Hubungan antara
individu dengan lingkungannya tidak hanya berjalan searah, alam arti hanya
lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. Hubungan antara
individu dan lingkungan berjalan timbal balik atau saling berpengaruh satu sama
lain.
Dalam berinteraksi dengan lingkungan, individu mempunyai beberapa sifat, yaitu:
Dalam berinteraksi dengan lingkungan, individu mempunyai beberapa sifat, yaitu:
1.
Individu menolak atau menentang lingkungan, apabila lingkungan
tidak sesuai dengan yang ada pada diri individu.
2.
Individu menerima lingkungan, apabila keadaan lingkungan sesuai
atau sejalan dengan yang ada dalam diri individu.
3.
Individu bersikap netral, artinya individu tidak menolak tetapi
tidak juga menerima. Individu dalam keadaan status quo terhadap
lingkungan.
Dengan kata lain,
macam cara hubungan individu dengan lingkungan dapat dirangkum menjadi satu,
yaitu individu senantiasa berusaha untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, yaitu mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau
mengubah lingkingan sesuai dengan kehendak diri pribadi.
Ada beberapa teori
yang membahas tentang hubungan hereditas dan lingkungan, yaitu:
1.
Teori Nativisme
Teori
ini dipelopori oleh Schopenhauer, yang menyatakan bahwa perkembangan manusia
itu akan ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan
yang merupakan faktor yang dibawa individu pada waktu dilahirkan.
2.
Teori Empirisme
Teori
ini dipelopori oleh John Locke, yang menyatakan bahwa perkembangan seseorang
individu akan ditentukan oleh empiri-empirinya atau pengalaman-pengalamannya
yang diperoleh selama perkembangan individu itu.
3.
Teori Konvergensi
Teori
ini merupakan gabungan (konvergensi) dari teori nativisme dan empirisme, yaitu
suatu teori yang dikemukakan oleh William Stern baik pembawaan maupun
pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting di dalam perkembangan
individu.
Hakikat Kebebasan Manusia
Bebas berarti lepas
sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dan lain sebagainya sehingga dapat
bergerak, berbicara, dan berbuat dengan leluasa). Membebaskan bermakna
melepaskan dari ikatan, tuntutan, tekanan, hukuman, kekuasaan, dan lain
sebagainya. Sedangkan kebebasan adalah kemerdekaan atau dalam keadaan
bebas.
Beberapa pengertian
lain tentang kebebasan adalah sebagai penentuan diri sendiri, pengendalian
diri, pengaturan diri, dan pengarahan diri. Bisa juga sebagai kemampuan untuk
memilih dan kesempatan untuk memenuhi atau memperoleh pilihan.
Ketika kita
membicarakan kebebasan, maka tidak akan pernah lepas dengan persoalan
tanggungjawab. Kedua istilah tersebut merupakan pengertian kembar dan terdapat
hubungan timbal balik yang tidak bisa dilepaskan satu sama lain.
Menurut Riyanto
Sanjiwani, manusia dapat mengambil dua sikap terhadap kebebasan yang berbeda
secara fundamental. Sikap pertama, manusia dapat menyembunyikan kebebasannya
terhadap dirinya dengan berbagai cara. Sikap kedua adalah menerima kebebasannya
dan menerima pengenalan bahwa manusialah asal usul yang mutlak dari tindakan
dan satu-satunya yang bertanggungjawab mutlak terhadap tindakannya.
Jadi, kebebasan
mempunyai aturan yang keras, yakni kewajiban untuk menyikapi orang lain yang
berbeda dengan setara, dan membuat keunikan diri sendiri terlalu berharga untuk
diserahkan dibawah kontrol orang lain.
Ditinjau dari segi
jenisnya, kebebasan dapat dibagi manjadi 6 kelompok , yaitu:
1.
Kesewenang-wenangan, yaitu orang disebut bebas bila ia
dapat berbuat atau tidak berbuat sesuka hatinya (sewenang-wenang)
2.
Kebebasan fisik, yaitu jika bebas bergerak kemana saja ia mau
tanpa hambatan apapun, tanpa ada paksaan dari orang lain.
3.
Kebebasan yuridis, yaitu kebebasan yang berkaitan dengan hukum
dan harus dijamin hukum. Bebas dalam arti ini berarti berbicara tentang orang yang
tidak dirampas hak-haknya.
4.
Kebebasan psikologis. Dengan kebebasan psikologis, kita mampu
mengembangkan dan mengarahkan hidup kita sendiri. Kemampuan ini menyangkut
kehendak, bahkan merupakan ciri khasnya. Karena itu, nama lain dari kebebasan
psikologis adalah kehendak bebas. Kebebasan ini berkaitan erat dengan kenyataan
bahwa manusia adalah makhluk berasio.
5.
Kebebasan moral, yaitu kebebasan yang terlepas dari paksaan
moral.
6.
Kebebasan eksistensial, yaitu bentuk kebebasan tertinggi dan
mencakup seluruh eksistensi dan pribadi manusia, tidak terbatas pada salah satu
aspek saja. Orang yang bebas secara eksistensial, seakan-akan memiliki dirinya
sendiri. Ia mencapai taraf otonom, kedewasaan, dan kematangan rohani.
Dalam islam,
perdebatan soal kebebasan manusia dalam kaitannya dengan tingkah laku manusia
dengan Tuhan sempat mewarnai pengkayaan wacana teologi atau ilmu kalam pada
abad pertengahan. Menurut kaum Qadariyah, manusia mempunyai kemerdekaan dan
kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Manusia mempunyai kebebasan dan
kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.
Kesadaran penuh akan
kebebasan hanya dapat timbul setelah kebebasan itu dapat dijelmakan dalam
tindakan-tindakan penguasaan dunia. Tetapi ketika manusia tak berdaya terhadap
dunia sekitarnya, maka tidak dapat sampai kepada kesadaran penuh akan
kebebasannya.
Membuktikan kebebasan
tidak berarti bahwa kebebasan mau dideduksi dari apa yang langsung terkenal
bagi kita. Tetapi orang bertolak dari sebuah pengalaman, yaitu kesadaran
manusia akan kebebasannya. Lalu ditanyakan bagaimanakah manusia pada
hakikatnya, sehingga pada dia kesadaran akan kebebasannya dapat timbul. Dapat
juga ditanyakan apakah kita mengetahui dari sumber lain, misalnya Al Qur’an.
Dengan demikian jelaslah bahwa ada bermacam-macam bukti dan pembuktian serta
petanggungjawaban.
Dalam perspektif
filsafat pendidikan kritis, kebebasan merupakan salah satu hak mendasar bagi
setiap manusia di dunia ini. Makna kebebasan pada prinsipnya bersumber pada
hakekat manusia itu sendiri serta adanya pemikiran atau teori kritis. Manusia
bukan menjadi obyek yang selalu ditindas oleh sistem sosial politik kebudayaan
yang menindas, namun menjadi subyek sadar atas dirinya, karena ia adalah
merdeka dan tidak seorangpun atau ideologi apapun, bahkan penguasa sekalipun
ikut campur terhadap kebebasan setiap orang.
Hubungan Hereditas, Lingkungan, dan Kebebasan
Dalam pendidikan
islam, pembentukan kepribadian sesorang dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu
hereditas atau keturunan, lingkungan dan kebebasan manusia atas pertolongan
Allah. Dari ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi antara satu dengan yang
lainnya dalam pembentukan kepribadian manusia yaitu tabiat individu seperti
kapasitas akal, kalbu, nafs, fisik dan lain-lain, faktor lingkungan baik
lingkungan alam maupun sosial dan faktor kehendak bebas manusia merespon
dirinya dan lingkungannya. Kemudian dari tiga faktor tersebut berada dalam
kawalan pertolongan Allah. Jadi kepribadian manusia itu terbentuk karena adanya
interaksi dari ketiga faktor tersebut.
Sumber/referensi:
Dister OFM, Nico
Sukur. 1993. Filsafat Kebebasan. Yogyakarta: Kanisius.
Purwanto, Ngalim. 2004. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 2004. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua.
Jakarta: Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar