Minggu, 18 Desember 2016

HAKIKAT HEREDITAS, LINGKUNGAN DAN KEBEBASAN MANUSIA


Manusia diciptakan oleh Allah di dunia ini dengan bermacam-macam perbedaan, yang disebabkan karena perbedaan hereditas (keturunan) dari masing-masing orang tua. Sejak manusia lahir di dunia ini, tidaklah bisa hidup sendiri, melainkan butuh bantuan orang lain dan juga lingkungan. Manusia membutuhkan lingkungan sebagai sarana untuk mengembangkan dirinya. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting.
Manusia juga mempunyai kebebasan dalam melakukan segala hal, namun kebebasan itu haruslah kebebasan yang bertanggungjawab dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Antara hereditas, lingkungan dan kebebasan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya mempunyai andil dalam penentuan nasib atau sikap seseorang.
Hakikat Hereditas
Salah satu dasar perbedaanan masing-masing individu adalah latar belakang hereditas individu. Hereditas adalah pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya.  Pewarisan ini terjadi melalui proses genetis.
Hereditas pada individu berupa warisan specific genes yang berasal dari kedua orang tuanya. Genes ini terhimpun didalam kromosom-kromosom atau colored bodies. Kromosom-kromosom baik dari pihak ibu ataupun ayah berinteraksi membentuk pasangan-pasangan. Dua anggota dari masing-masing pasangan memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Pasangan kromosom dimana dalam masing-masing kromosom terdapat sejumlah genes dan masing-msaing genes memiliki sifat tertentu, membentuk persenyawaan genes yang demikian menjalin senyawa sifat-sifat genes.
Bawaan atau hereditas memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau kakek-nenek. Warisan atau turunan  tersebut yang terpenting, antara lain :
1.      Bentuk Tubuh dan Warna Kulit
Salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit. Misalnya ada anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti bapaknya, rambut kering dan warna kulit putih seperti ibunya.
2.      Intelegensi        
Intelegensi didefinisikan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Intelegensi seseorang dapat diketahui secara lebih tepat dengan menggunakan tes intelegensi. Ukuran intelegensi dinyatakan dalam IQ (Intelligence Quotient).
3.      Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu. 
4.      Sifat
Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah, atau kakek dan nenek. Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia, misalnya: penyabar, pemarah, kikir, pemboros,hemat dan lain sebagainya. Sifat-sifat tersebut dibawa manusia sejak lahir. Ada yang dapat dilihat atau diketahui selagi kecil dan ada pula yang diketahui sesudah ia besar. Misalnya sifat keras (pelawan atau bandel) sudah dapat dilihat sewaktu anak masih berumur kurang dari satu tahun, sedangkan sifat pemarah baru dapat diketahui setelah anak lancer berbicara, yaitu sekitar 5 tahun. Sifat atau tabiat berbeda dengan kebiasaan. Sifat sangat sukar diubah, sedangkan kebiasaan dapat diubah setiap saat bila dikehendaki dengan sungguh-sungguh. Kebiasaan meminum minuman keras, mabuk, main judi, dan sebagainya bisa diubah dan dibuang dari diri seseorang.
5.      Penyakit
Beberapa penyakit bisa berasal dari turunan, seperti penyakit kebutaan, syraf, dan luka sulit kering (darah keluar terus, hemopili). Penyakit yang dibawa sejak lahir akan terus mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.
Hakikat Lingkungan 
Secara sempit, lingkungan adalah alam sekitar diluar diri manusia/individu. Lebih luas lagi, lingkungan mencakup segala material dan stimuli di dalam dan di luar diri individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-kultural.  Dengan demikian, lingkungan dapat diartikan secara:
1.      Fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh, seperti gizi, vitamin, air, zat asam, dan sebagainya.
2.      Psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak zaman konsesi, kelahiran sampai matinya.
3.      Sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain.
Secara garis besar, lingkungan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan musim, dan sebagainya. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada individu.  Lingkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat yang ditandai dengan adanya interaksi individu satu dengan individu lain. 
Hubungan antara individu dengan lingkungannya tidak hanya berjalan searah, alam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. Hubungan antara individu dan lingkungan berjalan timbal balik atau saling berpengaruh satu sama lain.
Dalam berinteraksi dengan lingkungan, individu mempunyai beberapa sifat, yaitu:
1.      Individu menolak atau menentang lingkungan, apabila lingkungan tidak sesuai dengan yang ada pada diri individu.
2.      Individu menerima lingkungan, apabila keadaan lingkungan sesuai atau sejalan dengan yang ada dalam diri individu.
3.      Individu bersikap netral, artinya individu tidak menolak tetapi tidak juga menerima. Individu dalam keadaan status quo terhadap lingkungan. 
Dengan kata lain, macam cara hubungan individu dengan lingkungan dapat dirangkum menjadi satu, yaitu individu senantiasa berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, yaitu mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau mengubah lingkingan sesuai dengan kehendak diri pribadi. 
Ada beberapa teori yang membahas tentang hubungan hereditas dan lingkungan, yaitu:
1.        Teori Nativisme
Teori ini dipelopori oleh Schopenhauer, yang menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor yang dibawa individu pada waktu dilahirkan. 
2.        Teori Empirisme
Teori ini dipelopori oleh John Locke, yang menyatakan bahwa perkembangan seseorang individu akan ditentukan oleh empiri-empirinya atau pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan individu itu. 
3.        Teori Konvergensi
Teori ini merupakan gabungan (konvergensi) dari teori nativisme dan empirisme, yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh William Stern baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting di dalam perkembangan individu. 
Hakikat Kebebasan Manusia
Bebas berarti lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dan lain sebagainya sehingga dapat bergerak, berbicara, dan berbuat dengan leluasa). Membebaskan bermakna melepaskan dari ikatan, tuntutan, tekanan, hukuman, kekuasaan, dan lain sebagainya. Sedangkan kebebasan adalah kemerdekaan atau dalam keadaan bebas. 
Beberapa pengertian lain tentang kebebasan adalah sebagai penentuan diri sendiri, pengendalian diri, pengaturan diri, dan pengarahan diri. Bisa juga sebagai kemampuan untuk memilih dan kesempatan untuk memenuhi atau memperoleh pilihan.
Ketika kita membicarakan kebebasan, maka tidak akan pernah lepas dengan persoalan tanggungjawab. Kedua istilah tersebut merupakan pengertian kembar dan terdapat hubungan timbal balik yang tidak bisa dilepaskan satu sama lain. 
Menurut Riyanto Sanjiwani, manusia dapat mengambil dua sikap terhadap kebebasan yang berbeda secara fundamental. Sikap pertama, manusia dapat menyembunyikan kebebasannya terhadap dirinya dengan berbagai cara. Sikap kedua adalah menerima kebebasannya dan menerima pengenalan bahwa manusialah asal usul yang mutlak dari tindakan dan satu-satunya yang bertanggungjawab mutlak terhadap tindakannya.
Jadi, kebebasan mempunyai aturan yang keras, yakni kewajiban untuk menyikapi orang lain yang berbeda dengan setara, dan membuat keunikan diri sendiri terlalu berharga untuk diserahkan dibawah kontrol orang lain. 
Ditinjau dari segi jenisnya, kebebasan dapat dibagi manjadi 6 kelompok , yaitu:
1.      Kesewenang-wenangan, yaitu orang disebut bebas bila ia dapat  berbuat atau tidak berbuat sesuka hatinya (sewenang-wenang)
2.      Kebebasan fisik, yaitu jika bebas bergerak kemana saja ia mau tanpa hambatan apapun, tanpa ada paksaan dari orang lain.
3.      Kebebasan yuridis, yaitu kebebasan yang berkaitan dengan hukum dan harus dijamin hukum. Bebas dalam arti ini berarti berbicara tentang orang yang tidak dirampas hak-haknya.
4.      Kebebasan psikologis. Dengan kebebasan psikologis, kita mampu mengembangkan dan mengarahkan hidup kita sendiri. Kemampuan ini menyangkut kehendak, bahkan merupakan ciri khasnya. Karena itu, nama lain dari kebebasan psikologis adalah kehendak bebas. Kebebasan ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk berasio.
5.      Kebebasan moral, yaitu kebebasan yang terlepas dari paksaan moral.
6.      Kebebasan eksistensial, yaitu bentuk kebebasan tertinggi dan mencakup seluruh eksistensi dan pribadi manusia, tidak terbatas pada salah satu aspek saja. Orang yang bebas secara eksistensial, seakan-akan memiliki dirinya sendiri. Ia mencapai taraf otonom, kedewasaan, dan kematangan rohani.
Dalam islam, perdebatan soal kebebasan manusia dalam kaitannya dengan tingkah laku manusia dengan Tuhan sempat mewarnai pengkayaan wacana teologi atau ilmu kalam pada abad pertengahan. Menurut kaum Qadariyah, manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.  
Kesadaran penuh akan kebebasan hanya dapat timbul setelah kebebasan itu dapat dijelmakan dalam tindakan-tindakan penguasaan dunia. Tetapi ketika manusia tak berdaya terhadap dunia sekitarnya, maka tidak dapat sampai kepada kesadaran penuh akan kebebasannya.  
Membuktikan kebebasan tidak berarti bahwa kebebasan mau dideduksi dari apa yang langsung terkenal bagi kita. Tetapi orang bertolak dari sebuah pengalaman, yaitu kesadaran manusia akan kebebasannya. Lalu ditanyakan bagaimanakah manusia pada hakikatnya, sehingga pada dia kesadaran akan kebebasannya dapat timbul. Dapat juga ditanyakan apakah kita mengetahui dari sumber lain, misalnya Al Qur’an. Dengan demikian jelaslah bahwa ada bermacam-macam bukti dan pembuktian serta petanggungjawaban. 
Dalam perspektif filsafat pendidikan kritis, kebebasan merupakan salah satu hak mendasar bagi setiap manusia di dunia ini. Makna kebebasan pada prinsipnya bersumber pada hakekat manusia itu sendiri serta adanya pemikiran atau teori kritis. Manusia bukan menjadi obyek yang selalu ditindas oleh sistem sosial politik kebudayaan yang menindas, namun menjadi subyek sadar atas dirinya, karena ia adalah merdeka dan tidak seorangpun atau ideologi apapun, bahkan penguasa sekalipun ikut campur terhadap kebebasan setiap orang. 
Hubungan Hereditas, Lingkungan, dan Kebebasan
Dalam pendidikan islam, pembentukan kepribadian sesorang dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu hereditas atau keturunan, lingkungan dan kebebasan manusia atas pertolongan Allah. Dari ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya dalam pembentukan kepribadian manusia yaitu tabiat individu seperti kapasitas akal, kalbu, nafs, fisik dan lain-lain, faktor lingkungan baik lingkungan alam maupun sosial dan faktor kehendak bebas manusia merespon dirinya dan lingkungannya. Kemudian dari tiga faktor tersebut berada dalam kawalan pertolongan Allah. Jadi kepribadian manusia itu terbentuk karena adanya interaksi dari ketiga faktor tersebut.  
Sumber/referensi:
Dister OFM, Nico Sukur. 1993. Filsafat Kebebasan. Yogyakarta: Kanisius.
Purwanto, Ngalim. 2004. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua.  Jakarta: Balai Pustaka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar