Senin, 12 Desember 2016

HAKIKAT PERJALANAN ISRA’ DAN MI’RAJ RASULULLAH


Isra’: berasal dari kata اسرى – يسرى – اسراءyang artinya berjalan di waktu malam.
Mi’raj: berasal dari kataاعرج – يعرج – اعراج yang berarti naik ke atas, معراج adalah alat untuk naik (tangga).
Isra’ Mi’raj adalah perjalanan Nabi saw dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian naik ke langit ke tujuh lalu bertemu dengan Allah di Sidratul Muntaha yang kemudian Nabi saw menerima perintah shalat kemudian kembali ke bumi pada malam yang sama sebelum subuh. Peristiwa ini terjadi pada malam ke 27 Rajab/tahun ke sebelas dari kenabian (622M).
Ulama’ berbeda pendapat tentang apakah isra’ mi’raj itu dilaksanakan dalam satu malam atau lebih, dalam keadaan tidur atau bangun dan dilakukan hanya sekali atau berkali-kali?
Ada beberapa pendapat mengenai hal tersebut, antara lain:
1.      Menurut sebagian ahli tafsir dan ahli hadits, bahwa isra’ mi’raj itu dilaksanakan dalam satu malam dan dalam keadaan bangun. Sebagaimana firman Allah yang artinya: Maha Suci Allah yang memperjalankan hamba-Nya pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. (Q.S. Al-Isra’: 1). Kata ‘abd (hamba) dalam ayat tersebut mewakili ruh dan jasad, seandainya isra’ mi’raj itu dilakukan dalam keadaan tidur maka Allah tidak menggunakan lafadz ‘abd dalam ayat tersebut melainkan bi ruuhi abdihi. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Abu Na’im dalam kitabnya “ad-Dalail”.
2.      Isra’ dan mi’raj itu dilampaui oleh Nabi dalam mimpi dan jasadnya masih di bumi (Mekah). Sebagaimana firman Allah yang artinya: Dan tidaklah kami menjadikan mimpi yang telah kami perlihatkan kepadamu kecuali sebagai ujian bagi manusia. (Q.S. Al-Isra’: 60). Kata ru’yah dalam ayat tersebut diartikan sebagai mimpi. Adapun hadits yang menjadi dasar pendapat mereka adalah:

حدثني سليمان عن شريك بن عبد الله أنه قال سمعت أنس بن مالك يقول ليلة أسري برسول الله صلى الله عليه و سلم من مسجد الكعبة إنه جاءه ثلاثة نفر قبل أن يوحى إليه وهو نائم في المسجد الحرام فقال أولهم أيهم هو ؟ فقال أوسطهم هو خيرهم

Mereka juga mengatakan bahwa manusia bisa mengeluarkan ruhnya dari jasadnya, hal ini didasarkan pada kisah seseorang yang dibius ketika dioperasi. Dia dibius sehingga terasa ringan dan ruhnya terbang, dia melihat badannya dioperasi. Ruhnya melayang ke luar rumah sakit dan menjumpai seseoang yang dia kenal sedang berdiri di sebuah toko sepatu dan melihat-lihat etalase. Kemudian ruhnya kembali ke jasadnya lagi, dan ketika dicek ternyata benar, kawan yang ia lihat di toko sepatu itu sesuai dengan pengamatannya. Namun, kebenaran dari peristiwa tersebut belum bisa dibuktikan kebenarannya dalam sains.
3.      Isra’ dilakukan dalam keadaan bangun sedangkan mi’raj dilakukan dalam keadaan tidur.
Ketika Nabi saw memberitakan so’al isra’ mi’rajnya, mereka medustakan isra’nya. Selain itu, dalam al-Qur’an hanya terdapat kata isra’, andaikata mi’raj dilakukan dalam keadaan bangun pasti ayat tersebut tidak berhenti pada kata “al-Masjid al-Aqsha”.
4.      Isra’ dilakukan satu malam sedangkan mi’raj pada malam yang lain. Orang yang berpendapat tersebut berdalil dengan hadits dla’if yang berbunyi sebagai berikut:

انه كان عليه السلام يسال ربه ان يريه الجنة والنار, فلما كانت ليلة السبت لسبع عشر من رمضان قبل الهجرة بثمانية عشر شهرا ورسول الله نائم في بيته اتاه ميكائيل وجبريل فقالا: انطلق الى ما سالت الله فانطلقا به الى ما بين المقام وزمزم فاتى المعراج فاذا هو احسن شيئ مىظرا فعرجا به الى السماوات

Artinya: sesungguhnya Nabi meminta kepada Tuhannya supaya diperlihatkan surga dan neraka, maka ketika malam sabtu tanggal 17 Ramadhan sebelum hijrahnya yaitu tanggal 18 Ramadhan, rasulullah tidur di rumahnya maka datanglah Mikail dan Jibril kepadanya dan berkata: “pergilah kepada sesuatu yang engkau memintanya kepada Allah” lalu keduanya pergi bersama rasulullah ke suatu tempat antara Maqam dan Zamzam lalu mendatangi mi’raj, jika dia melihat paling bagusnya pemandangan maka keduanya naik bersmanya ke langit yang lain.
5.      Isra’ dan mi’raj itu terjadi dua kali (pertama dalam keadaan tidur dan yang ke-dua terjadi ketika bangun). Fungsi isra’ mi’raj yang pertama adalah sebagai persiapan isra’ mi’raj yang ke dua yang dilakukan dalam keadaan bangun.
Hikmah adanya peristiwa isra’ mi’raj:
1.      Pengakuan kebesaran Tuhan.
Peristiwa ini membuktikan bahwa manusia dengan kekuasaan-Nya dapat melakukan sesuatu yang tidak mungkin yaitu perjalanan dari Mekkah ke Palestina dan naik langit ke-7 dan kembali lagi dengan waktu yang sangat singkat.
2.      Tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Tujuan Allah mengisra’ mi’rajkan Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha adalah supaya manusia memahami bahwa seorang khalifah itu harus menguasai dunia dan mengetahui keadaan di sekitarnya serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi ini.
3.      Penguasaan sumber daya alam.
Dengan mengetahui terjadinya peristiwa isra’ mi’raj maka seorang muslim harus dapat menguasai dunia dan seluruh permukaan bumi sehingga mempunyai kekuasaan dan kekayaan, namun semuanya itu dilakukan dengan penuh kesucian dan untuk menghambakan diri kepada Allah.
4.      Kesucian diri dan kekuatan iman dan ilmu.
Sebelum Nabi berangkat, Allah membasuh hatinya dan mengisi dengan iman. Hal ini memberikan pelajaran kepada manusia agar sebelum melakukan perjalanan untuk menguasai dunia maka perlu adanya penyucian hati dan pengisian iman.
5.      Penguasaan teknologi.
Teknologi itu dilambangkan dengan adanya buraq yang artinya kilat dan untuk bisa naik ke langit membutuhkan alat yang disebut tangga. Kejayaan yang di dapat di bumi itu dengan alat dan teknologi begitu juga dengan kejayaan akhirat didapatkan dengan amal ibadah, seperrti shalat merupakan alat untuk menuju kebahagiaan di akhirat bagi seorang mukmin.
6.      Memimpin dalam segala bidang.
Nabi diangkat menjadi seorang imam shalat ketika isra’ mi’raj dan makmumnya adalah semua nabi. Ini menggambarkan seorang muslim harus menjadi pemimpin dalam segala bidang, pemimpin segala zaman dan pemimpin dunia akhirat.
7.      Konsultasi dengan yang berpengalaman.
Ketika Nabi mendapat perintah shalat dari Allah maka beliau mengkonsultasikannya dengan Nabi Musa yang lebih berpengalaman.
8.      Menjadikan shalat sebagai inti dari kehidupan.
Nabi diwajibkan shalat dalam sehari semalam, sehingga segala kesibukan harus ditujukan untuk penyembahan dan ibadah kepada Allah. Kesibukan kerja dan kehidupan dunia tidak boleh melalaikan kewajiban kepada Allah.

Isra’ mi’raj merupakan mukjizat yang agung dan sakral namun dalam memahaminya terdapat perbedaan pemahaman dan pemahaman. Isra’ mi’raj adalah pintu utama diwajibkannya shalat fardlu dan dalam peristiwa tersebut terdapat hikmah yang banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar