Nama, pernahkah kalian berfikir mengapa manusia harus
memiliki nama? Seberapa pentingkah nama bagi seseorang? Mari kita bahas...
Apalah artinya sebuah nama? Seorang pujangga besar pernah
berkata. Apa yang di sampaikannya mengindikasikan bahwa sebuah nama tidak lah
penting. Di sisi yang lain, apa yang beliau katakan menyiratkan arti yang lebih
dalam dari sekedar apa yang telah di sampaikan.
Namun demikian ada juga pertanyaan lain yang cukup menggelitik.
Akan di sebut apakah seseorang jika ia tidak mempunyai sebuah nama? Tidak
mungkin jika seseorang tersebut hanya di panggil dengan panggilan “HAI, atau
Hei” saja, bukan??
Nama telah ada sejak zaman Nabi Adam a.s, dimana di dalam
Al qur’an Allah SWT telah menjelaskan : ” Wa’allama Aadamal asmaa kullaha..”,
bahwa Allah SWT telah mengajarkan kepada Adam setiap kata dan nama nama dari
segala sesuatu yang ada di muka bumi ini baik yang abstrak maupun yang real.
Sementara sebagian Ulama berpendapat bahwa nama itu ada dari bunyi bunyian alam
yang menggerakkan manusia untuk menamai sesuatu itu berdasarkan bunyi bunyian
tersebut, pendapat ini lemah, tidak mempunyai bukti dan dalil yang valid
sehingga tidak memungkinkan penggunaannya, sementara pendapat yang pertama
sudah jelas keabsahannya dengan keberadaan manusia pertama Adam a.s yang
beristrikan Hawa serta anak anaknya sebagai cikal bakal adanya ummat manusia.
Nama dalam pergaulan sehari hari merupakan alat dan tanda pengenal, namun di
dalam islam, nama mempunyai peranan dan arti yang sangat penting, disamping
sebagai doa juga sebagai tanda pengenal di akhirat, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW : ” Sesungguhnya kalian pada hari kiamat akan dipanggil dengan
nama nama kalian dan nama nama bapak bapak kalian, maka baguskanlah nama namamu
“.” (HR Muslim). Sepantasnyalah bagi kedua orang tua untuk menamakan anaknya
dengan sebaik baik nama sebagai doa dan tarbiyah ( pendidikan ) anak sejak dini
yang merupakan pengamalan dari hadits Rasulullah SAW : ” Kullu mauluudin yuuladu
‘alal fitrah fa abawaahu yuhawwidaanihi aw yunassiraanihi aw yumajjisaanihi “.
Semua manusia lahir dengan fitrah yaitu fitrah islam, jika
orang tua salah dalam memberikan nama terhadap anak, secara tidak sadar orang
tua telah menjerumuskan anaknya ke dalam keburukan bahkan kekufuran yaitu
dengan mengikuti nama nama orang yahudi atau nashrani atau majusi. Adapun nama
nama yang dianjurkan dalam islam sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang
diriwayatkan dari Wahb Al Khats’ami bahwa Rasulullah bersabda : ” Pakailah nama
nabi-nabi, dan nama yang amat disukai Allah SWT yaitu Abdullah dan Abdurrahman,
sedangkan nama yang paling manis yaitu Harits dan Hammam, dan nama yang sangat
jelek yaitu Harb dan Murrah” ( HR.Abu Daud An Nasa’i), Rasulullah merasa optimis
dengan nama-nama yang baik, termasuk tuntunan Nabi mengganti nama yang jelek
dengan nama yang baik, beliau pernah mengganti nama seseorang ‘Ashiyah dengan
Jamilah, Ashram dengan Zur’ah. Disebutkan oleh Abu Dawud dalam kitab Sunan :
“Nabi mengganti nama Syihab dengan Hisyam, Harb dengan Aslam, Al Mudhtaji’
dengan Al Munba’its, Tanah Qafrah (Tandus) dengan Khudrah (Hijau), Kampung
Dhalalah (Kesesatan) dengan Kampung Hidayah (Petunjuk), dan Banu Zanyah (Anak
keturunan haram) dengan Banu Rasydah (Anak keturunan balk).
Pemberian nama-nama yang baik ini insya Allah akan
memberikan pengaruh yang baik kepada kepribadian anak agar anak dapat mempunyai
sosok ideal yang dapat ditirunya dengan mendengar shirah ( sejarah ) hidup dari
nama yang diberikan kepadanya. Janganlah memberi nama anak karena nama tersebut
terdengar bagus, berilah nama yang berarti baik atau nama orang orang shaleh
karena nama itu akan mempunyai dampak bagi karakter dan akan terus melekat pada
anak itu sepanjang hidupnya. Kesemuanya ini tergantung pada tarbiyah orang tua,
baik pendidikan anak sejak dini maupun pendidikan lanjutan ( setelah dewasa )
dan dampak dari nama tersebut akan jelas sehingga kadang kita tidak menyadari
akan perbuatan yang kita lakukan itu sesuai dengan nama yang kita sandang, sebagai
contoh kecil, seorang kakak yang paling tua bernama Al Fakhri, kebiasaan yang
tua selalu merasa bangga akan ketuannya namun disisi lain dapat dijadikan
kebanggaan keluarga, ternyata tingkah lakunya memang sesuai dengan namanya,
sementara adik yang ke dua namanya Muzakkir, kerjaannya hanya memprotes atau
menasehati kakak serta adik adiknya yang lain, ternyata memang benar sifat dan
prilakunya sesuai dengan namanya yaitu muzakkir (yang mengingatkan), dan
seterusnya, yang mungkin anda akan dapati dalam diri anda sendiri dan keluarga.
Oleh karena itu, perbaikilah nama anak anakmu kelak
sebagai doa, karena nama sangat berdampak terhadap karakter anak dan segala
tingkah lakunya terlepas dari faktor lingkungannya, dan nama bukanlah alat
pengenal melainkan jati diri yang perlu dijaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar