Sabtu, 31 Desember 2016

DIAGNOSTIKA KESULITAN BELAJAR DAN REMEDIAL TEACHING


Pendidikan merupakan upaya pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.  Dalam proses belajar mengajar tersebut yang menjadi objeknya adalah siswa atau peserta didik. Proses belajar mengajar dalam sebuah pendidikan bertujuan untuk mendidik, membimbing dan mengarahkan siswanya sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut agar tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Terlepas dari itu semua, untuk mewujudkan pelaksanaan pendidikan tersebut maka diperlukan suatu sistem bimbingan belajar untuk mengatasi setiap permasalahan yang menjadi sebuah kesulitan belajar siswa dalam proses pembelajaran tersebut, dan untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa tersebut yaitu dengan mendiagnostik kesulitan yang dialami siswa serta melaksanakan remedial teaching kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar
Kata diagnostik merupakan istilah yang lazim dipakai dalam medis. Misalnya, bagaimana hasil diagnose dokter terhadap penyakit kamu? Secara umum diagnose sebagai proses pencarian, atau pemeriksaan. Kalau dikaitkan dengan kesulitan belajar, maka akan dippahami upaya pencarian atau pemerikaan terhadap kesulitan belajar yang dialami siswa.
Secara  jelas dan detil Thorndike dan Hagen (Makmun, 2005) mengartikan diagnosis sebagai berikut :
1)      Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (wauknes,disace) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symptons).
2)      Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.
3)      Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atau gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah learning disability. Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar, dan disability artinya ketidakmampuan. Sehingga terjemahan yang benar adalah ketidakmampuan belajar, akan tetapi istilah kesullitan belajar sudah umum dipahami.
Kesulitan belajar yang dipahami disini bukanlah kesulitan belajar khusus, sebagaimana yang dikemukakan oleh The united States Office of Education (USOE) 1997, bahwa “Kesullitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakan diri dalam bentuk keslitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tetrsebut mencakup kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia yang dimaksud disini adalah kesulitan belajar yang dimaksud disini adalah kesulitan belajar sebagaimana yang yang disimpulkan oleh Abin Syamsudin Makmun (2005), bahwa seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran criteria keberhasiloan seperti yang dinyatakan dalam TIK atau ukurn tingkat kapasitas atau kemampuan dalam program pelajaran time allowed dan atau tingkat perkembangannya)
Jika dihubungkan pemahaman diagnostik/diagnosis dengan kesulitan belajar siswa maka dipahami, bahwa diagnostic keslitan belajar merupakan upaya yang dilakukan dengan penuh seksama untuk mencari kelamahan-kelamahan yang dialami peserta didik dalam pembelajaran, sehingga emudahkan untuk untuk mencarikan solusinya.
Produser dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar
Rose dan Stanley (1956; Makmum, 2005) menggariskan tahapan-tahapan diagnosis (the levels of diagnosis) sebagai berikut :
a)      Who are the pupils having trouble? Siapa-siapa siswa atau peserta didik yang menglami gangguan.
b)      Where are the errors located? Dimanakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokalisasikan? Dibagian mana kelemahan itu muncul. Kkalau terkait dengan pembelajaran, pada mata pelajaran (mapel) apa?
c)      Why are the errors accur? Mengapa kelemahan itu terjadi? Mengapa siswa bias bermasalah dengan mata pelajaran itu?
d)      What remedies are suggested? Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan? Jika telah ditemukan siapa siswa yang bermasalah, apa masalahnya, kemudian mengapa bermasalah, maka selanjutnya adalah mencarikan upaya-upaya penyembuhan-penyembuhan.
e)      How can errors be prevented? Bagaimana kelemahan0kelemahan iyu dapat dicegah? Pada langkah ke lima ini merupakan upaya tau tindakan preventif agar tidak muncul lagi kelemahan itu.
Sementara Burton (1952) menggariskan agak lain, yaitu berdasarkan kepada teknik dan instrumen yang digunakan dalam pelaksanaannya sebagai berikut :
a)        General diagnosis, pada tahap ini lazim dipergunakan untuk evaluasi dan pengukuran psikologis dan hasil belajar, sasarannya untuk menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami kelemahan tersebut.
b)        Analystic diagnostic, pada tahap ini yang lazim digunakan adalah tes diagnostik. Sasarannya untuk menegtahui dimana letak kelemahan tersebut.
c)        Psychological diagnosis, pada tahap ini terkait dengan instrument apa yang dipakai atau digunakan antara lain :
1)        Observation (observasi)
2)        Analysis of written work (analisis karya tulis)
3)        Analysis of oral reponses and accounts of prosedurs (analisis proses dan respon lisan)
4)        Analysis of objectives record of various types (analisis terhadap berbagai catatan objektif
5)        Interviews (wawancara)
6)        Laboratory and clinical methodesi (pendekatan labaratis dan klinis dan
7)        Case studies (studi kasus)
Berikut akan dijelaskan secara rinci bagaimana bentuk implementasi dari prosedur atau teknik yang telah dijelaskan di atas.
Pertama, yang menjadi perhatian pertama kita pada tahap ini adalah mencari siswa yang bermasalah (mempunyai kelemahan dalam belajar). Untuk melihat ini diantaranya :
a)      Melihat ril nilai siswa pada mata pelajaran tertentu. Mata pelajaran mana yang nilainya tidak sesuai dengan standar kelulusan yang telah ditetapkan dalam setiap mata pelajaran.
b)      Nilai rata-rata siswa jika dibandingkan dengan nilai rata-rata yang lain. Permasalahan yang ditemukan pada langkah pertama ini bias muncul dalam bentuk individu atau kelompok (kelas).
Kedua, ketika permasalahan sudah ditemukan dan siswa yang telah mengalami masalah itu ditemukan, maka dicari akar permasalahannya, kenapa nilai sisa tidak bagus? Apakah faktor penyebab dari siswa sendiri, atau justru dari gurunya. Tentunya jawaban akan diperoleh dengan baik, jika komunikasi yang baik bias dibangun dengan siswa tersebut.
Ketiga, stelah ditemukian permasalahn dan faktor penyebabnya, maka langkah selanjutnya mencarikan alternatif solusi. Solusi mana yang cocok untuk siswa tersebut. Alternatif solusi ini tergantung seberapa besar problem dan faktor yang menyebabkan siswa gagal dalam belajar (kesulitan belajar) pada mata pelajaran tertentu. Pada akhirnya ditemukan alternative solusi yang tepat sehingga problem bias diatasi.
Remedial Teaching
            Remedial banyak dipahami oleh sebagian pendidik, sebagai upaya pengulangan kembali ujian atau tes yang gagal. Jika kosnep ini dipakai, maka nilai siswa tidak akan berubah, karena tetap diadakan ujian itu kembali.
            Remedial teaching (pengajaran remedial) sebenarnya adalah bagian dari pendekatan yang digunakan untuk menangani siswa yang memiliki kesulitan belajar, siswa yang bermasalah dalam mata pelajaran tertentu. Adanya penanganan baru dari guru dengan menciptakan kondisi yang baru memberikan harapan pada siswa untuk meningkatnya prestasi akademiknya, sehingga sesuai dengan tuntutan kualifikasi yang diharapkan.
            Sebagaimana dijelaskan, bahwa remedial teaching merupakan bagian dari usaha penanganan bagi siswa, maka pendekatan, strategi dan teknik yang digunakan tentunya juga akan berbeda.
            Dalam konteks konsep dasar diagnostic dan pengajaran remedial, akan merujuk pada program remedial yang dijelaskan oleh Abin Syamsudin, M (2005). Ross dan Stanley menjelaskan bahwa, tindakan strategis yang bisa dilakukan adalah secara kuratif dan preventif, Dinkmeyer & Caldwel (dalam bukunya Develompental counseling) menambahkan bahwa hal itu dapat dilakukan dengan upaya yang bersifat pengembangan (developmental).
1.      Strategi dan teknik pendekatan Pengajaran Remedial yang Bersifat Kuratif
Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif kala dilakukan setelah program belajar mengajar diselenggarakan.Tindakan ini didasarkan atas kenyataan empirik bahwa ada seseorang atau sejumlah orang bahkan mungkin sebagian besar atau seluruh anggota kelas/kelompok belajar dapat dipandang tidak mampu menyelesaikan PBM secara sempurna. Sasaran pokok dari tindakan ini agar :
1)      Siswa yang prestasinya jauh sekali dari batas kriteria keberhasilan minimal, diusahakan pada suatu saat tertentu dapat memadai kriteria minimal tersebut
2)      Siswa yang sedikit masih kurang atau bahkan telah tinggi sekalipun prestasi yang dari ukuran kriteria keberhasilan minimal, pada suatu saat tertentu dapat lebih disempurnakan atau diperkaya, bahkan mungkin ditingkatkan kepada program yang tinggi lagi.
Agar tercapai program atau sasaran pokok ini ada beberapa teknik pendekatan yang bisa digunakan,yaitu; repetition (pengulangan), enrichment  (pengayaan), reinforcement (pengukuhan) serta, acceleration (percepatan).
Pengulangan (repetition);
Selain dengan upaya diagnostiknya, pengulangan dapat terjadi pada beberapa tindakan, yaitu; a) pada setiap akhir jam pertemuan tertentu, b) pada setiap akhir unit (satuan bahan) pelajaran tertentu, c) ada akhir setiap satuan program studi (triwulan/semesteran/ tahunan)
Pelaksanaan pengajaran remedial mungkin diberikan dan diorganisasikan: a) secara perorangan (individual) kalau ternyata siswa yang memerlukan bantuan itu jumlahnya terbatas; b) secara kelompok (pers group), kalau ternyata terdapat sejumlah siswa yang mempunyai jenis/lokasi/sifat kesalahan atau kesulitan bersama; bukan mustahil terjadi juga dalam bidang studi tertentu dialami kelas secara keseluruhan.
            Waktu dan cara pelaksanaan remedial ada beberapa kemungkinan yaitu;
a)      Diadakan pada jam pertemuan kelas biasa berikutnya; kalau sebagian besar atau seluruh anggota kelas mengalami kesulitan yang serupa, dimana; 1) bahan dipresentasikan  kembali dengan penjelasannya,  baik sebagian atau keseluruhan dari bahan jam pertemuan terdahulu, 2) diadakan latihan/penugasan/soal kembali yang bentuknya sejenis dengan tugas/tugas/soal terdahulu, dan 3) diadakan pengukuran dan penilaian kembali untuk mendeteksi hasil peningkatan kearah kriteria keberhasilan yang diharapkan.
b)      Diadakan diluar jam pertemuan biasa, misalnya; 1) diadakan jam pelajaran tambahan pada hari/jam tertentu, kalau yang mengalami kesulitan itu hanya seseorang/sejumlah orang tertentu, kalau yang mengalami kesulitan itu hanya seseorang/sejumlah orang tertentu (umpamanya, pada hari, sehabis jam pelajaran biasa, waktu istirahat untuk siswa dan lain sebagainya), 2) diberikan dalam bentuk pekerjaan rumah (home work) dengan diperiksa kembali hasil pekerjaan oleh guru.

c)      Diadakan kelas remedial (khusus bagi siswa siswi tertentu yang mengalami kesulitan belajar tertentu dimana; 1) siswa lain belajar dalam kelas yang biasa; sedangkan, 2) siswa tertentu belajar dengan mendapatkan bimbingan khusus dari guru yang sama atau guru bidang studi sampai yang bersangkutan mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) untuk dapat bersama dengan teman-temannya dikelas biasa.

d)     Diadakan pengulangan secara total, kalau ternyata siswa yang bersangkutan prestasinya sangat jauh dari batas kriteria keberhasilan minimal dalam hampir keseluruhan program (komponen bidang studinya); secara konvensionak kita kenal sebagai tinggal kelas.
Pengayaan dan pengukuhan (enrichment and reinforcement)
Layanan pengulangan ditunjukkan pada siswa yang mempunyai kelamahan yang sangat mendasar, sedang pengayaan diarahkan untuk siswa yang memiliki kelemahan ringan, bahkan secara akademik sangat kuat.
Materi program pengayaan bisa bersifat; a) ekivalen (horizontal) dengan program PBM utama sehingga nilai bobot kreditnya dapat diperhitungkan bagi siswa yang bersangkutan atau sekedar, 2) suplementar terhadap program PBM utama, dengan tidak menambah kredit tertentu, yang penting dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan siswa.
Teknik pelaksanaanya bisa melalui tugas pekerjaan rumah, atau berupa soal yang dikerjakan di dalam kelas pada jam pelajaran itu juga, sementara yang lain mengerjakan program PBM utamanya.
Percepatan (accelation)
Percepatan merupakan alternatif lain yang dapat diberikan kepada kasus berbakat, tetapi menunjukan kesulitan psikososial atau egoemosional. Kelas akselerasi atau percepatan dapat berupa promosi yang lebih tinggi kepada program PBM selanjutnya. Pelaksanaanya bisa;
a)      Promosi penuh status akademiknya ketingkat yang lebih tinggi sebatas kemungkinannya, kalau memang yang bersangkutan keunggulan yang menyeluruh dari program studi yang ditempuhnya dengan luar biasa.
b)      Maju berkelanjutan, tidak diartikan sebagai promosi status akademisnya secara menyeluruh tetapi pada beberapa bidang studi tertentu dimana layanan dengan program/bahan pelajaran yang lebih tinggi terbatas kemampuannya; status akademisnya tetap bersama-sama teman seangkatannya.
2.      Strategi dan Pendekatan yang bersifat preventif
Pendekatan preventif ditunjukan kepada siswa tertentu yang berdasarkan data/informasi yang ada dapat diantisipasikan atau setidak-tidaknya patut diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan program studi tertentu yang telah ditempuhnya.
Proses pelaksanaannya bisa dalam bentuk layanan; 1) layanan kelompok yang diorganisasikan, 2) layanan individual, dan 3) layanan secara kelompok dengan kelas khusus remedial dan pengayaan.
3.      Ikatan pengajaran remedial yang bersifat pengembangan

Sasaran pokok dari strategi pendekatan ini agar siswa dapat segera mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Agar pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan adanya pengorganisasian program PBM yang sistematis pula seperti dalam bentuk sistem pengajaran berprogram, sistem pengajaran model, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar