Senin, 12 Desember 2016

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK


Pernah mendengar teori belajar behavioristik? Kita bahas yuk..
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pembelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga akan melemah bahkan berkurang. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik dalam Gage, Berliner, 1984, meliputi:
a.    Reinforcement and Punishment
b.    Primary and Secondary Reinforcement
c.    Schedules of Reinforcement
d.    Contingency Management
e.    Stimulus Control in Operant Learning
f.      The Elimination of Responses
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Adapun kaitan teori diatas yaitu teori stimulus respon apabila dikaitkan dengan sistem pendidikan yang menganalogikan kebijakan-kebijakan pemerintah sebagai stimulus dan sekolah yang merasakan  reaksi dari aksi pemerintah yang merupakan respon dari kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut. Dalam teori ini faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik atau teori stimulus respon  adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga akan melemah bahkan berkurang. Faktor ini juga dapat dianalogikan apabila penguatan dari pemerintah mengenai kebijakan yang dibuat semakin kuat maka respon dari yang merasakan reaksi dari aksi ini yaitu sekolah tentu akan semakin besar. Contohnya pada kebijakan pemerintah mengenai perubahan kurikulum dari  KTSP menjadi kurikulum 2013 tentu akan direspon oleh sekolah, namun respon tersebut akan berpengaruh besar apabila diberi penguatan atau dukungan dari pembuat kebijakan yaitu pemerintah itu sendiri. Hal ini juga berkaitan dengan implementasi kurikulum 2013 yang juga merupakan kebijakan pemerintah baru-baru ini, juga membuat berbagai reaksi dari berbagai pihak terutama sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal yang tentunya tidak lepas dari acuan sistem pendidikan yaitu kurikulum, sebesar apa respon sekolah mengenai implementasi kurikulum 2013 ini akan tergantung bagaimana penguatan dari pembuat kebijakan, semakin besar stimulus dan penguatan yang diberikan oleh pemerintah maka akan semakin besar pula respon yang dijalankan oleh sekolah.
Oleh karena itu apabila pemerintah menginginkan respon positif yang besar dari dampak implementasi kurikulum 2013 ini seharusnya pemerintah juga memberikan stimulus serta penguatan positif yang lebih mumpuni demi tercapainya harapan dari implementasi kurikulum 2013, agar sesuai dengan tujuan nasional yang tercantum pada undang-undang dan tujuan dari pendidikan bangsa ini dapat terealisasikan dengan baik.
Sumber/referensi:
Ahmadi, Abu & Supriyono, Widodo. 1991. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar, 2006, Proses Belajar Mengajar, Cet. Ke-5, Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar