Minggu, 11 Desember 2016

HAKIKAT PERSAUDARAAN DALAM ISLAM


Menurut kamus Bahasa Indonesia, Persaudaraan dari kata dasar  ‘saudara’ yang artinya adik/kakak seayah dan seibu. Sedangkan arti persaudaraan adalah persahabatan yang sangat karib seperti layaknya saudara atau pertalian persahabatan yang serupa dengan pertalian saudara. Dengan kata lain, persaudaran adalah pertalian persahabatan yang sangat dekat bagaikan antara adik dan kakak seayah dan seibu. Kata persaudaraan dalam bahasa Arab biasa disebut denganUkhuwwah dan dalam bahasa Inggris disebut dengan Brotherhood.
Dalam ajaran Islam, persaudaraan atau ukhuwwah sangatlah penting dan  mendapatkan porsi perhatian  cukup signifikan. Oleh karena itu,  Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw memberikan pesan dan menganjurkan agar sesama muslim harus  senantiasa menjaga persaudaran sesama mereka. Dalam surat Al-Hujurat, Allah Swt memberikan statement sebagai berikut :
   “Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara karena itu damaikanlah diantara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”  (Al-Hujuraat : 10).
Nabi Muhammad saw juga berpesan kepada umatnya agar selalu menjaga persaudaraan dengan saling bantu membantu serta berbuat baik.
“Orang muslim itu saudara Muslim lainnya.” (HR Abu Dawud ). Dalam riwayat lain : “Orang mu’min dengan mu’min lainnya  bagaikan suatu bangungan  kokoh yang saling menguatkan antara satu dengan lainnya.” (HR Bukhori, Muslim, Tarmidzi dan Nasai’ dari Abu Musa Al-Asy’ari).  Dan masih banyak lagi hadits-hadits lain yang membicarakan tentang bagaimana seorang muslim bergaul dengan muslim lainnya.
Ditinjau secara sosiologis, persaudaraan  dibagi menjadi empat macam.Pertama, Persaudaraan Islam atau Al-Ukhuwwah Islamiyyah. Kedua,Persaudaraan Keluarga atau Al-Ukhuwwah An-Nasaliyyah. Ketiga, Persadaraan Sebangsa atau Al-Ukhuwwah Al-Wathaniyyah. Dan keempat, Persaudaraan sesama manusia atau Al-Ukhuwwah Al-Basyariyyah.
Untuk lebih jelasnya akan kami uraikan berbagai macam jenis persaudaraan sebagai berikut :
 
1.Persaudaraan Islamiyyah
       Dalam Islam telah dikenal adanya Persaudaraan Islamiyyah atau Al-Ukhuwwah Al-Islamiyyah. Hal ini didasarkan pada ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw. Diantara firman Allah yang menjelaskan tentang masalah persaudaraan adalah : “Dan perpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan  hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah menjadi bersaudara; dan kamu telah berada di  tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.” (Ali Imran : 103).
Ayat di atas secara tegas menjelaskan bahwa agama Islam telah mempersatukan dan  mempersaudarakan pemeluknya. Dan mereka tidak diperbolehkan bercerai- berai dan  saling bermusuh-musuhan. Persaudaraan dalam Islam tidak sebatas pertalian persahabatan yang sangat  dekat bagaikan antara adik dan kakak seayah dan seibu, akan tetapi persaudaraan Islamiyyah menyangkut persaudaraan lahir dan batin. Hal ini telah dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dengan haditsnya : “seorang muslim itu adalah (seorang yang bisa menjaga) orang muslim lainnya selamat dari lidah dan tangannya.” Dan dalam riwayat lain Nabi bersabda : “perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling cintai mencintai dan saling sayang menyayangi bagaikan satu anggota badan. Apabila salah satu anggota badan  merasa sakit, maka seluruh anggota badan tersebut ikut merasa sakit, seperti orang sakit terkena demam dan panas.” (HR Ahmad dan Muslim dari Nu’man bin Basyir). Dan masih banyak lagi hadits Nabi saw yang membahas tentang masalah persaudaran dalam Islam.          
2.      Persaudaraan Keluarga
“Janganlah duduk bersama kami orang yang telah memutus tali silaturrahmi.”  Kemudian seorang pemuda berdiri dan meninggalkan halaqah (Majlis Nabi), lalu ia mendatangi bibinya untuk meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya. Setelah meminta maaf kepada bibinya, pemuda tersebut kembali lagi ke Majis Nabi saw. Maka Nabi bersabda : “Sesungguhnya rahmat (kasih sayang Allah swt ) tidak akan turun kepada suatu kaum selama ada diantara mereka, seseorang yang memutuskan tali silaturrahmi (persaudaraan). (Irsayadul Ibad, hal 99 dan At-Targhib  3 : 345).
Muhammad Al-Baqir menceritakan, Ayahnya, Zainal Abidin mengatakan : “Janganlah engkau berteman dengan orang yang memutuskan tali bersaudaraan. Karena aku mendapatkan di dalam  Al-Qur’an, pemutus tali persaudaraan akan dilaknat Allah swt dalam tiga hal.”
 
Perhatikanlah keluarga kita, kaum yang paling kecil. Bila di dalamnya ada beberapa orang yang sudah tidak saling tegur, sudah saling menjauhi, apalagi di belakang layar mereka saling menohok dan menfitnah, maka rahmat Allah akan dijauhkan dari seluruh anggota keluarga. Rahmat Allah artinya surga Allah tidak akan diberikan kepada Pemutus persaudaraan.  
Dalam sejarah kehidupan umat manusia, perselisihan dan pertengkaran  dalam keluarga sering kali terjadi. Dan kebanyakan pemicunya adalah karena adanya faktor kecemburan dan ketidakadilan, baik dalam masalah harta, seperti warisan maupun masalah lainnya. Mungkin kita masih ingat, pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil terhadap habil atau kakak terhadap adiknya.
         Untuk menjaga hubungan persaudaraan dalam keluarga, Nabi Muhammad saw telah mengajarkan kepada kita dengan sabdanya : “Shadaqah terhadap orang miskin hanya mendapat pahala shadaqah, sedangkan terhadap kerabat (keluarga) mempunyai dua pahala yaitu pahala shadaqah dan pahala shilah (persaudaraan).” (HR At-Turmudzi). Dan Allah swt juga menegaskan dalam firmannya bahwa diantara kebajikan itu adalah memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat (saudaranya) . (QS Al-Baqarah 177).
Disisi lain Nabi saw juga memberikan penegasan dan sekaligus ancaman  bagi orang yang memutuskan tali persaudaraan dengan sabdanya : “Tidak akan masuk surga seorang pemutus tali silaturrahmi (persaudaraan).” (HR Bukhori dan Muslim).        

3.      Persaudaraan sebangsa
Ketika Nabi saw dan para sahabatnya hijrah ke Madinah, maka dibentuklah pemerintahan Islam pertama dan Nabi sebagai pemimpin. Untuk mengatur jalannya roda pemerintahan, dibuatlah atauran atau undang-undang sedemikian rupa, diantaranya undang-undang yang mengatur kehidupan masyarakatnya.  Salah satunya adalah peraturan mengenai hubungan masyarakat minoritas non muslim dengan masyarakat muslim ataupun sebaliknya. Diantara aturan itu adalah masyarakat mayoritas (muslim) tidak boleh melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap kaum minoritas non muslim. Bahkan Nabi saw berpesan melalui haditsnya: “Barang siapa yang menyakiti orang (kafir) dzimmi, maka ia telah menyakitiku.” (Al-Hadits). Dari kutipan hadits di atas kita bisa memahami bahwa Nabi saw memberikan jaminan keselamatan kaum minoritas. Dan ini merupakan gambaran sekilas bentuk persaudaraan sebangsa dan setanah air.     

 4.      Persaudaraan sesama manusia.
Ajaran Islam tidak hanya mengatur kehidupan antar sesama muslim, sesama keluarga dan sebangsa. Akan tetapi ia juga mengajarkan bagaimana mengatur  kehidupan  sesama manusia. Di mata Islam semua bangsa di dunia memiliki kesamaan dan kesetaraan. Tidak ada suatu ajaranpun yang mengatakan bahwa bangsa tertentu  lebih mulia atau lebih rendah dari bangsa lain kecuali yang paling bertakwanya kepada Allah. Allah swt menjelaskan dalam Al-Qur’an :“Wahai manusia, sesungguhnya Kami mencipatakan kamu seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujuraat : 13).  
Rasulullah saw juga menyampaikan pesan pada saat melakukan Haji Wada’ (perpisahan) pada tahun sepuluh hijriah. Beliau menegaskan dengan sabdanya : “Wahai manusia, sesungguhnya Tuhanmu satu, dan Bapakmu juga satu. Kamu sekalian keturunan (Nabi) Adam dan Adam dijadikan dari tanah. Tidak ada yang lebih mulia di sisi Allah kecuali yang lebih bertakwa. Tidak ada keuatamaan bagi Bangsa Arab terhadap Bangsa lain kecuali takwa.” (Nurul Yaqin, hal 258-259).
 Ayat dan hadits di atas telah memberikan informasi dan sekaligus pelajaran  berharga bahwa hakekatnya seluruh umat manusia di dunia ini adalah  bersaudara. Mereka berasal dari satu keturunan yakni Nabi Adam alaihissalam. Untuk itu, tidak selayaknya bagi mereka saling bermusuhan dan saling bunuh membunuh. Akan  tetapi, tebarkanlah rasa damai, rasa kasih sayang dan saling menghormati diantara kita.
Dari uraian makalah di atas dapat kita simpulkan bahwa.Ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan umat manusia di seluruh dunia. Sebab ajaran  tersebut telah memberikan informasi yang utuh tentang asal usul kehidupan manusia di dunia ini dan ia mengajarkannya  kepada mereka untuk saling kenal mengenal,  saling hormat menghormati, saling menghargai dan saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
Hakekatnya seluruh umat manusia itu adalah bersaudara, baik ditinjau dari segi agama maupun keturunan. Dan tidak selayaknya bagi kita untuk saling bermusuhan, saling membenci dan saling bunuh membunuh. Tapi sebaliknya, hendaknya kita saling menghormati, saling mengasihi dan saling membantu dalam kebaikan. 
Umat Islam, khususnya Para Tokoh Agama dan Masyarakat setiap kali menerima berita harus bisa mengklarisikasi dan meneliti secara seksama. Sebab adanya kemungkinan berita itu adalah berita bohong dan mengandung unsur adu domba. Dalam hal ini Allah swt berpesan :“ Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita suatu berita, maka peariksalah dengan  teliti, agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu.”(Hujuraat : 6)
Wallahu’alamu bishshowab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar