Tahukah kalian seperti apa sekolah yang baik itu? Untuk
menjawab semua itu kita harus terlebih dahulu mengetahui ciri-ciri yang mampu
mengindikasikan hal tersebut, kita bahas yuk..
R.L. Young
Eelementary School telah memiliki segudang pengalaman tentang karakteristik
sekolah yang baik. Pengalaman-pengalaman tersebut didukung pula oleh pendapat
para ahli tentang pendidikan pada umumnya dan para ahli dalam pengajaran dan
pembelajaran. Sekolah yang baik tentunya memiliki ciri-ciri yang dapat
dijadikan sebagai tolak ukur apakah suatu sekolah dapat dikatakan baik atau
tidak adapun ciri-ciri sekolah yang baik adalah sebagai berikut.
1. Harapan yang Tinggi Untuk Setiap
Peserta Didik
Ciri pertama ini memang
tidak hanya dibentuk oleh sekolah, tetapi juga mulai dibentuk di dalam
keluarga. Semangat untuk mencapai prestasi yang tinggi sudah harus dimulai dari
lingkungan keluarga. Sejak keberangkatannya ke sekolah, anak-anak sudah harus
dimotivasi untuk belajar dengan giat agar dapat mencapai prestasi yang tinggi.
Belaian kepala, ataupun ciuman kening dari orangtuanya, ciuman tangan
orangtuanya oleh sang anak harus diiringi dengan harapan dan do’a agar sang
anak agar sang anak memiliki semangat yang tinggi agar dapat mencapai prestasi
yang tinggi. “Belajar yang tekun ya nak!”, harus menjadi kata-kata motivasi
mukjizat yang sering diucapkan oleh ayah dan bundanya. Dalam teori
hypnoparenting (hypnosis untuk para orangtua dalam mendidik anaknya) dijelaskan
bahwa belaian kepada anak menjelang tidur akan menjadi motivasi yang masuk ke
bawah alam sadar anak-anak kita. Marilah kita coba, belailah anak ketika hendak
berangkat tidur, ketuk-ketuklah dahi anak dengan ujung jari-jari kita dengan
lembut dan berirama, atau pada ubun-ubunnya, atau di atas alisnya, atau di atas
bibirnya, dan ketika anak kita akan masuk ke alam bawah sadar, sebelum dia
tertidur lelap, ucapkanlah kata-kata motivasi, misalnya “belajarlah dengan
tekun anakku”, atau “jadilah anak yang sholeh atau sholehah”, atau “patuhilah
perintah ayah bunda’, dan kata-kata motivasi lainnya sesuai dengan harapan dan
do’a orangtua untuk anaknya tercinta. Jika ketika masuk
sekolah anak-anak kita telah membawa harapan yang tinggi untuk mencapai
prestasi, maka insyaallah proses pengajaran dan pembelajaran akan berlang-sung
lancar dan berhasil.
2.
Dukungan Orangtua Dan Masyarakat
Tidak dapat disangkal lagi bahwa
keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam pendidikan. Orangtua tidak
dapat hanya menyerahkan bulat-bulat kepada guru atau sekolah. Bahkan masyarakat
juga harus mempunyai kepedulian terhadap kemajuan pendidikan di sekolah. Itulah
sebabnya, sekolah perlu didukung adanya Komite Sekolah, sebagai wadah peran
serta masyarakat dalam bidang pendidikan di sekolah. Di Malaysia, lembaga ini
dinamakan Persatuan Ibu Bapa dan Guru (PIBG). Di Amerika Serikat, lembaga ini
dikenal dengan PTO (Parent Teacher Organization). Salah satu ciri
sekolah yan baik adalah adanya dukungan dari orangtua dan masyarakat.
3.
Kurikulum yang Ketat Dan Penilaian yang Adil
Sekolah yang baik jika kurikulum yang telah disusun
dilaksanakan secara ketat. Untuk ini, satuan pendidikan sekolah harus menyusun
kurikulum 2013 sesuai dengan standar isi yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Untuk menjadi pedoman dalam menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran),
kurikulum tersebut harus dijabarkan ke dalam silabus yang disusun oleh guru
bersama dengan kelompok kerja guru (KKG) untuk Sekolah Dasar, dan untuk SMP dan
SMA/SMK, silabus itu disusun bersama dengan MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran). Tentu saja, semua perangkat kurikulum ini harus dimiliki oleh
sekolah yang baik. Salah satu aspek yang
sangat penting terkait dengan penerapan kurikulum ini adalah adanya proses
penilaian pendidikan yang adil. Prestasi belajar peserta didik harus ditentukan
dari hasil penilaian yang telah dilaksanakan secara jujur. Proses penilaian
yang tidak jujur, misalnya dilakukan dengan cara menyontek, akan
menumbuh-suburkan bibit perilaku koruptif bagi semua pemangku kepentingan.
Perilaku koruotif yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, boleh jadi telah lahir dari perilaku tidak adil dalam proses
penilaian pendidikan yang tidak adil di sekolah.
4.
Sumber Daya Yang Cukup Untuk Membantu Semua Siswa
Mencapai Hasil Belajar Yang Dicita-Citakan
Sumber daya berupa sarana dan prasarana
pendidikan memang perlu dimiliki oleh sekolah yang baik. Gedung sekolah yang
rusak berat, sebagai contoh, sudah barang tentu tidak akan menjadi tempat
belajar yang menyenangkan bagi anak. Demikian juga dengan sarana belajar yang
lain, seperti buku pelajaran, media pembelajaran, dan aspek-aspek lain yang
mendukung proses pengajaran dan pembelajaran. Sebagai contoh, di kampus Sampoerna School of Education (SSE), semua kelas telah dilengkapi
dengan infocus. Bahkan semua dinding dan sekat antarkelasnya terbuat dari bahan
white board yang dapat berfungsi
sebagai papan tulis. Dengan demikian, dosen atau guru dan siswa dapat
menggunakan seluruh dinding kelasnya sebagai tempat untuk belajar. Lebih dari
itu, kampus ini memang dilengkapi dengan berbagai peralatan untuk mempraktikkan
semua pendekatan instruksional seperti PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan) atau JAL (joyful
active learning), serta CTL (contextual teaching and learning)
dengan berbagai metode mengajarnya, seperti role
play, praktik, dan sebagainya yang didukung dengan sarana yang memadai.
5.
Lingkungan Belajar Yang Aman, Sehat, Dan Mendukung
Pertanyaan pertama yang diajukan oleh
seorang guru di sekolah yang bagus, justru bukan tentang “apakah pekerjaan
rumah telah dikerjakan”, melainkan “apakah anak-anak telah mandi dan mencuci
rambutnya dengan keramas”. Bahkan sang guru pun mencoba mencium rambut siswa,
seperti yang dilakukan terhadap anaknya sendiri. Dengan kata lain, lingkungan
belajar di sekolah yang baik memang disediakan dengan lingkungan yang aman,
sehat, dan mendukung proses pembelajaran. Lingkungan sekolah yang bersih,
indah, dan asri, sudah pasti akan menjadi lingkungan yang didambakan oleh semua
pemangku kepentingan di sekolah, termasuk orangtua dan masyarakatnya. Oleh
karena itu, sekolah harus mengupayakan adanya UKS yang dilaksanakan dengan baik
di sekolah. Membuat taman bunga di depan kelas masing-masing sangat mungkin
diupayakan oleh wali kelas masing-masing. Tempat cuci tangan untuk guru dan
siswa di setiap kelas sebenanya bukan sarana yang terlalu mewah untuk diadakan
di setiap kelas. Semua itu hanya tergantung oleh kemauan baik mulai dari guru
kelas atau wali kelas sampai dengan wakil kepala sekolah dan kepala sekolahnya.
6.
Sekolah Dan Ruang Kelas Dilengkapi Untuk Proses
Pengajaran Dan Pembelajaran
Kampus Sampoerna School of Education (SSE) telah dapat menjadi contoh
bahwa semua ruang kelasnya telah dilengkapi dengan proyektor,
karena proses pembelajarannya telah berbasis ICT atau komputer. Bahkan semua
dinding kelas dan sekat antarkelasnya pun telah dibuat dengan menggunakan bahan white board. Oleh karena itu,
semua dinding dan sekat antarruang kelasnya sekaligus dapat digunakan untuk
proses pengajaran dan pengajaran di dalam kelas.
7.
Guru Yang Memenuhi Telah Memenuhi Kualifikasi Di Setiap
Ruang Kelas
Mr.
Moh. Yamin sejak masa perjuangan kemerdekaan telah mengingatkan kepada para
pelaksana pendidikan bahwa pendidikan yang berkualitas hanya akan dapat dicapai
jika gurunya berkualitas. Dalam hal ini, standar nasional pendidikan telah
menetapkan bahwa minimal guru berkualifikasi S1 atau D4. Selain kualifikasi
yang memadai, guru harus menguasai kompetensi yang meliputi 4 (empat) jenis
kompetensi, yang meliputi 1) kompetensi kepriadian, 2) kompetensi pedagogik, 3)
kompetensi profesional, dan 4) kompetensi sosial.
8.
Kepemimpinan Sekolah Yang Kuat
Pucuk pimpinan di sekolah adalah kepala sekolah. Oleh
karena itu, maka kepala sekolah harus mampu melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen di sekolah, meliputi 1) perencanaan (planning), 2) pengorganisasian
(organizing), 3) pelaksanaan (actuating), dan 4) pengawasan (controlling),
yang sering disingkat POAC. Ahli filsafat Aristoteles menyatakan bahwa “He
who has never learned to obey cannot be a good commander. (Ia yang tidak pernah belajar untuk taat tidak dapat
menjadi seorang pemimpin yang baik). Dengan demikian, mereka yang akan memimpin sekolah,
sebelumnya sudah harus belajar menjadi anak buah yang taat. Kalau tidak pernah
menjadi anak buah yang taat, tidaklah dapat diharapkan akan menjadi seorang
pemimpin yang cakap.
Sumber/referensi:
Sukmadinata,
Nanasyaodih. 2012. Pengembangan Kurikulum
Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar