Minggu, 11 Desember 2016

HARI AKHIR DALAM PRESPEKTIF IPTEK DAN ISLAM


Seiring dengan perkembangan zaman, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mampu membuat sebuah peradaban tersendiri. Terlebih ketika memasuki abad ke-21, para ilmuan saling berkompetisi untuk menguak seluruh fenomena yang terjadi di alam semesta. Adapun cara yang dilakukan beraneka macam, bisa melalui eksperimen maupun langsung berobservasi.
Para ilmuan semula disibukkan pada awal mula kejadian alam, hingga akhirnya muncul berbagai teori. Tidak ada yang mengetahui kebenaran secara mutlak dari berbagai teori yang ada. Akan tetapi jumhur ilmuan mempercayai, teori Big Bang-lah yang mendekati kebenaran ilmiah. Selanjutnya, persoalan mengenai berakhirnya alam ini pun menyedot perhatian para ilmuan. Kehancuran alam semesta merupakan peristiwa yang paling besar dari serangkaian fenomena alam yang ada. Terlebih dunia juga sempat dikejutkan dengan salah satu film yang menceritakan tentang hari berakhirnya alam ini atau biasa disebut hari kiamat.
Hari akhir atau biasa disebut dengan hari kiamat adalah waktu berakhirnya seluruh kegiatan di alam dunia. Dalam Islam, mempercayai hari kiamat merupakan rukun iman yang ke lima. Iman kepada hari akhir berarti memepercayai bahwa seluruh alam semesta dan segala isinya pada suatu saat nanti akan mengalami kehancuran dan mengakui bahwa setelah kehidupan di dunia ini ada kehidupan lagi yang kekal abadi.
Tidak bisa dipungkiri bahwa yang mengetahui akan rahasia hari kiamat hanyalah Allah SWT.[1] Hari kiamat akan datang ketika Allah yang maha hidup mengakhiri kehidupan dan membinasakan makhluk-mahkluk-Nya, sebagai bukti kebenaran firman-Nya dalam Q.S. ar-Rahman: 26-27.
 (26) Semua yang ada di bumi itu akan binasa. (27) dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
Adapun tanda-tanda hari kiamat yang Allah berikan melalui kitab al-Qur’an sangatlah banyak, diantaranya seperti dalam surat al-Ambiya’ ayat 104:
 (104) (yaitu) pada hari Kami gulung langit bagaikan menggulung lembaran-lembaran kertas. sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya.
Ayat diatas secara gamblang menjelaskan bahwa ketakutan yang terbesar itu mulai terjadi pada hari Allah melipat langit dengan sangat mudah bagaikan menggulung lembaran-lembaran kertas. Ketika itulah yang dinamakan hari berakhirnya alam dunia. Hal itu sangat mudah Allah lakukan, sebagaimana Allah telah memulai penciptaan pertama dari ketiadaan menjadi ada, begitulah Allah akan mengulanginya. (6)
(187). Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui".
        Pengetahuan tentang hari kiamat yang Allah berikan kepada manusia sangatlah sedikit. Al-Qur’an hanya memberikan beberapa isyarat tentang hari kehancuran alam semesta ini.[2] Tetapi mengkaji kemungkinan secara ilmiah, diharapkan memperkuat keyakinan kita akan kepastian hari kehancuran.

Hari Kiamat menurut IPTEK
Setiap orang yang beriman meyakini akan datangnya Hari Kiamat. Datangnya hari tersebut, tidak seorang manusiapun mengetahuinya, karena hal itu adalah rahasia Allah SWT. Namun demikian manusia dengan akal pikirannya dapat mengingat tanda-tanda hari kiamat yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dan dapat membaca fenomena alam serta membuktikannya melalui teori-teori ilmu pengetahuan, diantaranya sebagai berikut:
1.       Menurut Tokoh
Menurut Achmad Baiquni, dalam bukunya Alquran Ilmu Pengatahuan dan Teknologi, mengemukakan bahwa ada beberapa sekenario tentang terjadinya kiamat menurut sains, diantaranya yaitu:        
a.     Skenario pertama menggambarkan habisnya bahan bakar temonuklir yaitu hidrogen dalam matahari. Kalau reaksi nuklir makin berkurang, matahari akan menjadi dingin dan bumi akan  membeku. Tak ada tanaman yang akan tumbuh dan kehidupan di bumi akan berakhir. Waktu yang dibutuhkan matahari untuk menghabiskan bahan bakarnya berkisar sekitar lima milyar tahun.
b.       Skenario kedua menggambarkan habisnya hidrogen dibumi. Jika hidrigen tersebut habis, maka semua makhluk hidup akan mati membeku seperti pada skenario pertama. Barangkali selama milyaran tahun juga.   
c.     Skenario ketiga menggambarkan mengembangnya matahari. Sebagaimana di diketahui, matahari merupakan salah satu bintang dalam galaksi kita yang letaknya paling dekat dengan  bumi. Evolusi matahari akan mengikuti bintang-bntang lainnya yaitu bila ia telah “Padam” ia akan menyusut menjadi kecil sampai pada suatu saat ketika energy gravitasinya berubah menjadi panas dan mengubahnya menjadi bintang raksasa merah. Pada kondisi demikian sistem tata surya sebagian (termasuk bumi kita) akan tertelan oleh matahari. semua makhluk hidup akan mati terbakar.
2.      Teori Big Crunch 
Peristiwa Big Bang yang telah dikemukakan oleh Georges Lemaitre, George Gamow pada tahun 1930-an dan Stephen Hawking pada tahun 1980-an tersebut telah menjelaskan kejadian awal alam semesta. Teori tersebut menjelaskan bahwa alam semesta awalnya tersusun dari sebuah titik yang sangat rapat, padat dan panas yang disebut titik singularitas, yaitu sebuah titik yang tidak terdefinisikan. Dari titik inilah suatu ledakan kosmis mahadahsyat yang disebut sebagai Big Bang.[3] Semuanya terkendali dalam jaring-jaring gravitasi yang sudah terbentuk sejak awal, sebelum ledakan kosmis tersebut. Selanjutnya, alam semesta mengembang dan berangsur dingin.
Ternyata Allah swt telah menjelaskan kejadian tersebut di dalam QS. al-Anbiya ayat 30,
dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?

Al-Qur’an menyajikan informasi yang sangat akurat bahwa pada awalnya langit dan bumi memang berpadu dalam satu titik singularis sebagai asal segala yang ada di jagat raya. Berdasarkan pengamatan para ahli, alam semesta mengembang dengan laju yang sangat mengherankan dan menakjubkan setelah proses pembentukannya. Beberapa ahli astronomi percaya bahwa perluasan atau pengembangan alam semesta akan terus berlanjut, sedangkan beberapa ahli lainnya meyakini pada suatu saat alam semesta akan mulai mengerut. Sebagaimana terdapat didalam QS. al-Dzariyat ayat 47: “dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa”.[4]
Stephen hawking dalam bukunya mengatakan bahwa penemuan bukti mengembangnya alam semesta merupakan salah satu revolusi terbesar dalam ilmu pengetahuan abad ke-20. Suatu saat nanti akan terjadi Big Crunch yaitu tabrakan seluruh isi alam semesta yang terdiri atas kumpulan galaksi, bintang dan planet. Hal ini adalah kebalikan dari awal pembentukannya. Alam semesta perlahan menuju titik keseimbangan barunya, dan akhirnya kehilangan tenaga sehingga tersedot kembali oleh gaya gravitasi awal pembentukannya.[5]
 Hikmah yang Dapat Diambil dari Mempelajari Hari Kiamat
Semangat al-Qur’an, menurut Fazlur Rahman, adalah semangat moral. Bahkan tujuan Nabi diutus ke bumi untuk menyempurnakan moral. Oleh karena itu, setiap upaya penafsiran al-Qur’an tidak dapat melepaskan diri dari pesan dan moral. Demikian halnya dengan ayat al-Qur’an yang mebahas tentang kehancuran alam. Ada beberapa pesan moral kehancuran alam semesta :
1.       Mengubah Pandangan Hidup Dunia Materialistik Menjadi Seimbang Antara Dunia Akhirat.
Pengetahuan sains telah menyebutkan bahwa kehancuran alam pasti akan terjadi. Dalam Al-Qur’an, berbagai ayat mengajarkan akan keyakinan akan adanya hari pembalasan mengantarkan manusia untuk melakukan berbagai amal sholeh dalam kehidupannya.
2.      Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab.
Menurut Amir Nuruddin bahwa semangat pokok dalam al-Qur’an adalah untuk menanamkan ke dalam jiwa kesadaran tentang tanggung jawab.
3.      Pembenahan Diri Seawal Mungkin

Umat islam harus menekankan kepada umat muslim terutama peserta didik bahwa sains didasarkan pada eksperimental dan observasi terhadap alam yang tampak ini dan tidak mempunyai sekelumit pun pengetahuan tentang alam gaib. Kita harus menegaskan bahwa ekstrapolasi sains sampai pada periode penciptaan alam semesta tidak dijamin kebenarannya karena para pakar sendiri tidak tahu apa yang terjadi sebelum apa yang mereka namakan waktu Planck; yaitu seper-sepuluh-juta-triliun-triliun sekon sesudah penciptaan. Dan umat islam harus menjelaskan bahwa sains berkembang melalui berbagai tahapan. Pada tahapan-tahapan tertentu mungkin saja dalam sains tidak sesuai, atau bahkan saling bertentangan dengan isli al-Qur’an. Akan tetapi karena sains dikembangkan untuk mencari kebenaran, maka pada akhirnya akan bersesuaian dengan al-Qur’an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar