Seiring dengan perkembangan zaman, Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) mampu membuat sebuah peradaban tersendiri. Terlebih ketika
memasuki abad ke-21, para ilmuan saling berkompetisi untuk menguak seluruh fenomena
yang terjadi di alam semesta. Adapun cara yang dilakukan beraneka macam, bisa
melalui eksperimen maupun langsung berobservasi.
Para ilmuan semula disibukkan pada awal mula kejadian alam,
hingga akhirnya muncul berbagai teori. Tidak ada yang mengetahui kebenaran
secara mutlak dari berbagai teori yang ada. Akan tetapi jumhur ilmuan
mempercayai, teori Big Bang-lah yang mendekati kebenaran ilmiah. Selanjutnya,
persoalan mengenai berakhirnya alam ini pun menyedot perhatian para ilmuan.
Kehancuran alam semesta merupakan peristiwa yang paling besar dari serangkaian
fenomena alam yang ada. Terlebih dunia juga sempat dikejutkan dengan salah satu
film yang menceritakan tentang hari berakhirnya alam ini atau biasa disebut
hari kiamat.
Hari akhir atau biasa disebut dengan hari kiamat adalah
waktu berakhirnya seluruh kegiatan di alam dunia. Dalam Islam, mempercayai hari
kiamat merupakan rukun iman yang ke lima. Iman kepada hari akhir berarti
memepercayai bahwa seluruh alam semesta dan segala isinya pada suatu saat nanti
akan mengalami kehancuran dan mengakui bahwa setelah kehidupan di dunia ini ada
kehidupan lagi yang kekal abadi.
Tidak bisa dipungkiri bahwa yang mengetahui akan rahasia
hari kiamat hanyalah Allah SWT.[1] Hari
kiamat akan datang ketika Allah yang maha hidup mengakhiri kehidupan dan
membinasakan makhluk-mahkluk-Nya, sebagai bukti kebenaran firman-Nya dalam Q.S.
ar-Rahman: 26-27.
(26) Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
(27) dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
Adapun tanda-tanda hari kiamat yang Allah berikan melalui
kitab al-Qur’an sangatlah banyak, diantaranya seperti dalam surat al-Ambiya’
ayat 104:
(104) (yaitu) pada hari Kami gulung langit
bagaikan menggulung lembaran-lembaran kertas. sebagaimana Kami telah memulai
panciptaan pertama Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang
pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya.
Ayat diatas secara gamblang
menjelaskan bahwa ketakutan yang terbesar itu mulai terjadi pada hari
Allah melipat langit dengan sangat mudah bagaikan menggulung
lembaran-lembaran kertas. Ketika itulah yang dinamakan hari berakhirnya
alam dunia. Hal itu sangat mudah Allah lakukan, sebagaimana Allah telah
memulai penciptaan pertama dari ketiadaan menjadi ada, begitulah Allah
akan mengulanginya. (6)
(187). Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku;
tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat
itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat
itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka
bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah,
tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui".
Pengetahuan tentang hari kiamat yang Allah berikan kepada
manusia sangatlah sedikit. Al-Qur’an hanya memberikan beberapa isyarat tentang
hari kehancuran alam semesta ini.[2] Tetapi mengkaji kemungkinan secara ilmiah, diharapkan
memperkuat keyakinan kita akan kepastian hari kehancuran.
Hari Kiamat menurut IPTEK
Setiap orang yang beriman meyakini akan datangnya Hari
Kiamat. Datangnya hari tersebut, tidak seorang manusiapun mengetahuinya, karena
hal itu adalah rahasia Allah SWT. Namun demikian manusia dengan akal pikirannya
dapat mengingat tanda-tanda hari kiamat yang telah dijelaskan oleh Allah SWT
dan dapat membaca fenomena alam serta membuktikannya melalui teori-teori ilmu
pengetahuan, diantaranya sebagai berikut:
1. Menurut Tokoh
Menurut Achmad Baiquni, dalam bukunya
Alquran Ilmu Pengatahuan dan Teknologi, mengemukakan bahwa ada beberapa
sekenario tentang terjadinya kiamat menurut sains, diantaranya
yaitu:
a. Skenario pertama menggambarkan habisnya bahan bakar
temonuklir yaitu hidrogen dalam matahari. Kalau reaksi nuklir makin berkurang,
matahari akan menjadi dingin dan bumi akan membeku. Tak ada tanaman yang
akan tumbuh dan kehidupan di bumi akan berakhir. Waktu yang dibutuhkan matahari
untuk menghabiskan bahan bakarnya berkisar sekitar lima milyar tahun.
b. Skenario
kedua menggambarkan habisnya hidrogen dibumi. Jika hidrigen tersebut habis,
maka semua makhluk hidup akan mati membeku seperti pada skenario pertama.
Barangkali selama milyaran tahun juga.
c. Skenario ketiga menggambarkan mengembangnya matahari.
Sebagaimana di diketahui, matahari merupakan salah satu bintang dalam galaksi
kita yang letaknya paling dekat dengan bumi. Evolusi matahari akan
mengikuti bintang-bntang lainnya yaitu bila ia telah “Padam” ia akan menyusut
menjadi kecil sampai pada suatu saat ketika energy gravitasinya berubah menjadi
panas dan mengubahnya menjadi bintang raksasa merah. Pada kondisi demikian
sistem tata surya sebagian (termasuk bumi kita) akan tertelan oleh matahari.
semua makhluk hidup akan mati terbakar.
2. Teori Big Crunch
Peristiwa Big Bang yang telah
dikemukakan oleh Georges Lemaitre, George Gamow pada tahun 1930-an dan Stephen
Hawking pada tahun 1980-an tersebut telah menjelaskan kejadian awal alam
semesta. Teori tersebut menjelaskan bahwa alam semesta awalnya tersusun dari
sebuah titik yang sangat rapat, padat dan panas yang disebut titik
singularitas, yaitu sebuah titik yang tidak terdefinisikan. Dari titik inilah
suatu ledakan kosmis mahadahsyat yang disebut sebagai Big Bang.[3] Semuanya
terkendali dalam jaring-jaring gravitasi yang sudah terbentuk sejak awal,
sebelum ledakan kosmis tersebut. Selanjutnya, alam semesta mengembang dan
berangsur dingin.
Ternyata Allah swt telah menjelaskan kejadian tersebut di
dalam QS. al-Anbiya ayat 30,
dan Apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?
Al-Qur’an menyajikan informasi yang sangat akurat bahwa pada
awalnya langit dan bumi memang berpadu dalam satu titik singularis sebagai asal
segala yang ada di jagat raya. Berdasarkan pengamatan para ahli, alam semesta
mengembang dengan laju yang sangat mengherankan dan menakjubkan setelah proses
pembentukannya. Beberapa ahli astronomi percaya bahwa perluasan atau
pengembangan alam semesta akan terus berlanjut, sedangkan beberapa ahli lainnya
meyakini pada suatu saat alam semesta akan mulai mengerut. Sebagaimana terdapat
didalam QS. al-Dzariyat ayat 47: “dan langit itu Kami bangun dengan
kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa”.[4]
Stephen hawking dalam bukunya
mengatakan bahwa penemuan bukti mengembangnya alam semesta merupakan salah satu
revolusi terbesar dalam ilmu pengetahuan abad ke-20. Suatu saat nanti akan
terjadi Big Crunch yaitu tabrakan seluruh isi alam semesta
yang terdiri atas kumpulan galaksi, bintang dan planet. Hal ini adalah
kebalikan dari awal pembentukannya. Alam semesta perlahan menuju titik
keseimbangan barunya, dan akhirnya kehilangan tenaga sehingga tersedot kembali
oleh gaya gravitasi awal pembentukannya.[5]
Hikmah yang Dapat Diambil dari Mempelajari Hari Kiamat
Semangat al-Qur’an, menurut Fazlur Rahman, adalah semangat
moral. Bahkan tujuan Nabi diutus ke bumi untuk menyempurnakan moral. Oleh
karena itu, setiap upaya penafsiran al-Qur’an tidak dapat melepaskan diri dari
pesan dan moral. Demikian halnya dengan ayat al-Qur’an yang mebahas tentang
kehancuran alam. Ada beberapa pesan moral kehancuran alam semesta :
1.
Mengubah
Pandangan Hidup Dunia Materialistik Menjadi Seimbang Antara Dunia Akhirat.
Pengetahuan sains telah menyebutkan bahwa kehancuran alam
pasti akan terjadi. Dalam Al-Qur’an, berbagai ayat mengajarkan akan keyakinan
akan adanya hari pembalasan mengantarkan manusia untuk melakukan berbagai amal
sholeh dalam kehidupannya.
2.
Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab.
Menurut
Amir Nuruddin bahwa semangat pokok dalam al-Qur’an adalah untuk menanamkan ke
dalam jiwa kesadaran tentang tanggung jawab.
3.
Pembenahan Diri Seawal Mungkin
Umat islam harus menekankan kepada umat muslim terutama
peserta didik bahwa sains didasarkan pada eksperimental dan observasi terhadap
alam yang tampak ini dan tidak mempunyai sekelumit pun pengetahuan tentang alam
gaib. Kita harus menegaskan bahwa ekstrapolasi sains sampai pada periode
penciptaan alam semesta tidak dijamin kebenarannya karena para pakar sendiri
tidak tahu apa yang terjadi sebelum apa yang mereka namakan waktu Planck; yaitu
seper-sepuluh-juta-triliun-triliun sekon sesudah penciptaan. Dan umat islam
harus menjelaskan bahwa sains berkembang melalui berbagai tahapan. Pada
tahapan-tahapan tertentu mungkin saja dalam sains tidak sesuai, atau bahkan
saling bertentangan dengan isli al-Qur’an. Akan tetapi karena sains
dikembangkan untuk mencari kebenaran, maka pada akhirnya akan bersesuaian
dengan al-Qur’an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar