Senin, 12 Desember 2016

HAKIKAT BERSIH DALAM ISLAM


Pengamalan ajaran Agama sebagai konsekuensi dari iman disamping mengandung nilai ibadah yang mendapat pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, disamping itu juga merupakan usaha pemeliharaan kesehatan yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Usaha-usaha untuk hidup bersih dihadapkan pada tekanan-tekanan hidup yang semakin kompleks, berupa kemiskinan, pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung alam sebagai akibat pertambahan penduduk yang berlipat. Seperti diketahui bahwa kesehatan sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan. Kehidupan yang kurang bersih dan lingkungan yang tercemar akan mudah terserang berbagai penyakit.
Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan melestarikan keidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya kotor tidak saja merusak keindahan tetapi juga dapatmenyebabkan timbulnya berbagai penyakit, dan sakit merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan penderitaan.
 Pentingnya Kebersihan
Ungkapan “ Bersih Pangkal Sehat ” mengandung arti betapa pentingnya kebersihan bagi kesehatan manusia, baik perorangan, keluarga, masyarakat maupun lingkungan.
Begitu pentingnya kebersihan menurut Islam, sehingga orang yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana firmannya :

Artinya : “ Sesungguhnya Allah Menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang
menyucikan diri ”. (Qs. al-Baqarah ayat 222)

Karena sangat pentingnya kebersihan, maka Rasulullah saw mengingatkan bahwa kebersihan merupakan bagian dari iman. Artinya orang yang beriman wajib memperhatikan kebersihan.
Begitu pentingnya kebersihan sampai-sampai dalam ibadah shalatpun dipersyaratkan untuk wudlu. Bagi orang yang berhadast kecil Rasulullah SAW mengatakan: “Tidak sah shalat tanpa wudlu”. Sedang bagi orang yang berhadats besar, diwajibkan untuk mandi junub.
Bersih secara fisik memang akan mendatangkan kesehatan fisik. Bahkan secara fisikpun nampak menjadi indah. Namun kebersihan dan kesehatan fisik tidak akan bermakna bila tidak diikuti dengan kebersihan dan kesehatan rohani.
Rusaknya bangsa ini, banyaknya korupsi di sana sini, terjadinya konflik di berbagai pelosok negeri disebabkan oleh rusak moral bangsa. Padahal nilai suatu bangsa itu terletak pada kualitas moralnya. Jasmani mereka sehat, tetapi rohani mereka tidak terawat. Hati mereka tidak bersih, sehingga rohani mereka tidak sehat.
Padahal di akherat nanti orang-orang yang datang kepada Allah dan diterima untuk masuk sorga hanyalah orang-orang yang berhati bersih. ( (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,) [QS Asy-Syu'araa' : 88-89] Bersih dari syirik, sehingga menjadi pribadi yang bertauhid.

يَوْمَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
Bersih dari kesombongan sehingga menjadi pribadi yang tawadlu’. Bersih dari iri dan dengki sehingga menjadi pribadi yang zuhud dan qana’ah. Bersih dari benci dan dendam, sehinga menjadi pribadi yang hatinya diwarnai dengan semangat kebersamaan dan persaudaraan.
Umat Islam seharusnya lebih banyak bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahi mereka dengan agama yang sempurna. Agama yang menuntun umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan jasmani dan kebersihan rohani. Mencuci tangan, berkumur, bersikat gigi (bersiwak), mandi, memakai wangi-wangian, dan berpakaian indah telah dituntunkan oleh Rasulullah saw sejak 14 abad yang lalu.
Pernah suatu ketika di saat Rasulullah SAW memberikan khutbah Jum’ah, beliau mencium bau keringat yang menyengat. Sesudah itu beliau menganjurkan umat agar mandi sebelum berangkat berjum’at.
Bahkan Allah sendiri menuntunkan umat Islam agar memakai pakaian yang indah saat hendak memasuki masjid. (Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan) [QS Al-A'raaf : 31]

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Kalau sampai saat ini masih ada umat Islam yang tampil dekil, kotor, berpakaian lusuh, dan tidak wangi, mungkin dia sedang lupa untuk mengikuti sunnah Nabi. Pepatah Jawa mengatakan: “Ajining raga saka busana, ajining diri saka ing lati“.
Jasmani kita dihargai karena pakaian yang kita pakai itu indah, serasi, bersih, rapi, dan wangi. Sedangkan pribadi kita dihargai karena tutur kata yang kita ucapkan itu baik, benar, dan enak didengar telinga.

Pada intinya bukan badan yang bersih yang membuat hati kita bersih. Tetapi hati yang bersihlah yang menuntun kita untuk mengikuti sunnah Rasulullah saw dalam berpenampilan bersih, indah, rapi, serasi, dan wangi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar