Pengamalan ajaran Agama sebagai konsekuensi
dari iman disamping mengandung nilai ibadah yang mendapat pahala dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala, disamping itu juga merupakan usaha pemeliharaan kesehatan
yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Usaha-usaha untuk hidup bersih dihadapkan pada
tekanan-tekanan hidup yang semakin kompleks, berupa kemiskinan, pencemaran
lingkungan dan keterbatasan daya dukung alam sebagai akibat pertambahan
penduduk yang berlipat. Seperti diketahui bahwa kesehatan sangat erat kaitannya
dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan. Kehidupan yang kurang bersih dan
lingkungan yang tercemar akan mudah terserang berbagai penyakit.
Kebersihan adalah upaya manusia untuk
memelihara diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dan keji dalam rangka
mewujudkan dan melestarikan keidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan
merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor
yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya kotor tidak saja merusak
keindahan tetapi juga dapatmenyebabkan timbulnya berbagai penyakit, dan sakit
merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan penderitaan.
Pentingnya Kebersihan
Ungkapan “ Bersih Pangkal Sehat ” mengandung arti betapa
pentingnya kebersihan bagi kesehatan manusia, baik perorangan, keluarga,
masyarakat maupun lingkungan.
Begitu pentingnya kebersihan menurut Islam, sehingga orang yang
membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah
Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana firmannya :
Artinya : “
Sesungguhnya Allah Menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang
menyucikan diri ”.
(Qs. al-Baqarah ayat 222)
Karena sangat pentingnya kebersihan, maka Rasulullah saw
mengingatkan bahwa kebersihan merupakan bagian dari iman. Artinya orang yang
beriman wajib memperhatikan kebersihan.
Begitu pentingnya kebersihan sampai-sampai dalam ibadah
shalatpun dipersyaratkan untuk wudlu. Bagi orang yang berhadast kecil
Rasulullah SAW mengatakan: “Tidak sah shalat tanpa wudlu”. Sedang bagi orang
yang berhadats besar, diwajibkan untuk mandi junub.
Bersih secara fisik memang akan mendatangkan kesehatan
fisik. Bahkan secara fisikpun nampak menjadi indah. Namun kebersihan dan
kesehatan fisik tidak akan bermakna bila tidak diikuti dengan kebersihan dan
kesehatan rohani.
Rusaknya bangsa ini, banyaknya korupsi di sana sini,
terjadinya konflik di berbagai pelosok negeri disebabkan oleh rusak moral
bangsa. Padahal nilai suatu bangsa itu terletak pada kualitas moralnya. Jasmani
mereka sehat, tetapi rohani mereka tidak terawat. Hati mereka tidak bersih,
sehingga rohani mereka tidak sehat.
Padahal di akherat nanti orang-orang yang datang kepada
Allah dan diterima untuk masuk sorga hanyalah orang-orang yang berhati bersih.
( (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,) [QS Asy-Syu'araa' :
88-89] Bersih dari syirik, sehingga menjadi pribadi yang bertauhid.
يَوْمَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ إِلا مَنْ أَتَى
اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak
berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
Bersih dari kesombongan sehingga menjadi pribadi yang
tawadlu’. Bersih dari iri dan dengki sehingga menjadi pribadi yang zuhud dan
qana’ah. Bersih dari benci dan dendam, sehinga menjadi pribadi yang hatinya
diwarnai dengan semangat kebersamaan dan persaudaraan.
Umat Islam seharusnya lebih banyak bersyukur kepada Allah
yang telah menganugerahi mereka dengan agama yang sempurna. Agama yang menuntun
umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan jasmani dan kebersihan rohani.
Mencuci tangan, berkumur, bersikat gigi (bersiwak), mandi, memakai
wangi-wangian, dan berpakaian indah telah dituntunkan oleh Rasulullah saw sejak
14 abad yang lalu.
Pernah suatu ketika di saat Rasulullah SAW memberikan
khutbah Jum’ah, beliau mencium bau keringat yang menyengat. Sesudah itu beliau
menganjurkan umat agar mandi sebelum berangkat berjum’at.
Bahkan Allah sendiri menuntunkan umat Islam agar memakai
pakaian yang indah saat hendak memasuki masjid. (Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan) [QS Al-A'raaf : 31]
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap
(memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Kalau sampai saat ini masih ada umat Islam yang tampil
dekil, kotor, berpakaian lusuh, dan tidak wangi, mungkin dia sedang lupa untuk
mengikuti sunnah Nabi. Pepatah Jawa mengatakan: “Ajining raga saka busana,
ajining diri saka ing lati“.
Jasmani kita dihargai karena pakaian yang kita pakai itu
indah, serasi, bersih, rapi, dan wangi. Sedangkan pribadi kita dihargai karena
tutur kata yang kita ucapkan itu baik, benar, dan enak didengar telinga.
Pada intinya bukan badan yang bersih yang membuat hati
kita bersih. Tetapi hati yang bersihlah yang menuntun kita untuk mengikuti
sunnah Rasulullah saw dalam berpenampilan bersih, indah, rapi, serasi, dan
wangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar