Kamis, 01 Desember 2016

JADI GURU, CITA – CITA ATAU TUNTUTAN???


Berbicara cita-cita, pernahkah kalian memiliki cita-cita yang konsisten dari mulai duduk dibangku sekolah dasar sampai saat ini masuk perguruan tinggi? Berdasarkan pengalaman saya dari dulu ketika saya pertama kali ditanya ingin jadi apa sampai sekarang jawaban yang keluar dari mulut saya selalu berbeda-beda, mau jadi dokter, arsitek, penyanyi atau jadi artis? Beberapa profesi tersebut rasanya pernah menjadi salah satu cita-cita saya, tidak konsisten bukan? Taukah kalian, dan kini saya masuk keperguruan tinggi dan mengambil salah satu jurusan yang menurut saya bukan mainan, menjadi guru (pendidik). Entah cita-cita atau mungkin terjebak.
Awalnya pilihan ini menjadi beban yang cukup menggangu hati nurani saya, karena menjadi pendidik bukan keinginan atau cita-cita saya. Namun seiring berjalannya waktu saya mulai menyukai hal-hal yang berpacu pada kependidikan setelah saya masuk semester dua, beberapa bulan lalu. Oleh karena itu untuk memahami apa sebenarnya keistimewaan dari keprofesian pendidik ini? Mari kita bahas..
Guru (bahasa Sanskerta: गुरू yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatuilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Guru adalah penuntun. Ia akan menjadi penunjuk arah untuk setiap kebaikan. Guru tak sekadar siapa mengajarkan apa, tapi apapun yang bisa memberi makna kehidupan sejatinya ia adalah guru. Guru tak hanya ada di ruang kelas. Namun bagaimana kita memandang setiap lapisan kehidupan lalu kita mendapatkan hikmah-nya disanalah sang guru berada.
Oleh karena itu guru harus professional, mengapa demikian?
1.   karena guru harus menujukan komitmen yang tinggi terhadap tugasnya sebagai guru, sikapnya yang dedikatif, komitmennya  terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continuous improvement yang dimilikinya.
2.   Karena menurut H.A Malik Fadjar pernah melontarkan statement bahwasannya pada saat ini didunia pendidikan kita masih kekurangan guru, kalau tenaga kerjanya banyak, tetapi tenaga guru masih sangat langka. Ukuran kualitas perguruan tinggi bukan hanya dilihat dari berapa yang bergelar doctor, tetapi berapa banyak guru didalamnya.
3.   Banyak para pakar berpendapat bahwasannya masih terdapat indikasi profesionalisme guru di Indonesia yang masih sakit keras, baik pada aspek input, distribusi, mutu akademik, aktivitas ilmiah maupun penguasaan di bidnagnya.
Sungguh profesi yang amat vital bukan, tetapi betapa istimewanya profesi ini. Nah masih merasa menjadi guru karena terjebak atau tuntutan??

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar